Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panggil Dia Maria Magdalena Rubinem

Kompas.com - 18/09/2013, 21:45 WIB
Catatan Kaki Jodhi Yudono

Ini kali saya hendak bercerita tentang seorang seniman tua. Dia seorang perempuan yang hanya pernah saya dengar namanya, namun tak pernah sekali pun berjumpa dengannya. Sekilas saya memang sempat mendengar suaranya saat saya masih kanak-kanak. Kini, saya hendak menjumpainya secara langsung. Siapa tahu, saya masih bisa menikmati sisa-sisa keindahhan suaranya.

Nama lengkapnya Maria magdalena Rubinem, karena dia terlahir sebagai seorang Katolik. Tapi sehari-hari dia cukup dipanggil Rubinem saja.

Rubinem, ya mbah Rubinem, sebab dia memang perempuan Jawa yang kini sudah 88 usianya. Rubinem, menurut KTPnya lahir di Yogyakarta pada tahun 1927. Namun menurut pengakuan perempuan sepuh itu, sebetulnya dia lahir pada tahun 1925.

Saya menemuinya pada malam hari, ketika warung yang sekaligus dijadikan sebagai tempat tinggalnya telah tutup. Mbah Rubinem hanya menyisakan pintu warungnya terbuka setengah untuk menunjukkan penghuninya belum berangkat tidur.

Malam itu saya memang bermaksud menemuinya, sekedar ingin "sowan" sebagai rasa hormat saya kepada beliau yang telah berjasa di dunia seni Indonesia. Setidaknya, dia pernah menghibur banyak orang melalui keindahan suaranya.

Rubinem. Ya, dialah pesinden yang cukup kondang di Yogyakarta dan sekitarnya antara tahun 1948 hingga awal 80an. Maklumlah, sebab antara tahun 1948 sampai tahun 1972 Rubinem menjadi pesinden Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta.

Ketika saya datang, Mbah Rubinem langsung menyalami saya dengan hangat. Lalu katanya, saya tak boleh melakukan apapun selain makan malam terlebih dahulu untuk mencicipi gudegnya. "Sampun kulo siapke, monggo dahar rumiyin," kata Rubinem dalam bahasa Jawa halus yang artinya, 'sudah saya siapkan, silakan makan dahulu.'

Saya pun dengan hikmat menikmati gudeg olahan Mbah Rubinem yang garing dan hitam kecoklatan. Di piring yang saya pegang, Rubinem menambahkan krecek, areh, daging ayam, dan semur telur ayam. Hmmm... rasanya nikmat, perpaduan antara manis dan pedas menimbulkan sensasi yang ramai di mulut.

"Kados pundi rasanipun?" Mbah Rubinem bertanya, bagaimana rasa gudegnya.

Saya pun mengacungkan ibu jari sebagai pertanda masakan Rubinem lezat.

Sehabis makan malam, saya pun mulai bertanya berbagai hal, terutama perjalanan dan pengalaman hidup Mbah Rubinem.

***
Rubinem belajar nyinden dari para seniman di Keraton Yogyakarta, di antaranya eyangnya seniman Djadug, diakui rubinem sebagai gurunya. Setelah itu, ia terjun langsung manggung sejak 1942. Meski tak sekolah, ia bisa membaca dan menulis. Akhirnya, ia bekerja di RRI Yogyakarta pada 1948, seusai agresi kedua Belanda. “Saya menjadi pemain apa pun pada acara yang berbau budaya Jawa, entah dagelan, ketoprak, uyon-uyon, dan wayang,” tutur Rubinem.

Sejak menjadi pesinden tetap di RRI Yogyakarta itulah, nama dan suara Rubinem mulai dikenal luas. Lantunan suaranya kian mantap. Akhirnya, sebulan sekali, ia dipercaya pentas di RRI Jakarta. Rubinem pun manggung berkali-kali di Istana Negara, sejak 1951, di hadapan Presiden Soekarno.

Karena kepopulerannya itulah, Rubinem pun melanglang ke berbagai kota di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, hingga Banyuwangi. Bagi Rubinem, tahun 1960-an merupakan zaman keemasannya. Sebulan ia bisa mendapatkan tanggapan sampai 40 kali.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Datangi Rumah Airlangga, Klaim Sudah Didukung Golkar Maju Pilkada Jatim

Khofifah-Emil Dardak Datangi Rumah Airlangga, Klaim Sudah Didukung Golkar Maju Pilkada Jatim

Nasional
Kemenag Ingatkan Jemaah Haji Dilarang Bentangkan Spanduk dan Bendera di Arab Saudi

Kemenag Ingatkan Jemaah Haji Dilarang Bentangkan Spanduk dan Bendera di Arab Saudi

Nasional
Imigrasi Tangkap DPO Penyelundupan Manusia, Kerjasama dengan Istri Pelaku

Imigrasi Tangkap DPO Penyelundupan Manusia, Kerjasama dengan Istri Pelaku

Nasional
Canangkan Gerakan Literasi Desa, Wapres Ingin SDM Indonesia Unggul

Canangkan Gerakan Literasi Desa, Wapres Ingin SDM Indonesia Unggul

Nasional
DPR Sentil Kemendikbud yang Bilang Pendidikan Tinggi Tidak Wajib: Orang Miskin Dilarang Kuliah? Prihatin

DPR Sentil Kemendikbud yang Bilang Pendidikan Tinggi Tidak Wajib: Orang Miskin Dilarang Kuliah? Prihatin

Nasional
Respons Istana Soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P: Presiden Selalu Menghormati

Respons Istana Soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P: Presiden Selalu Menghormati

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Prabowo Ajak PKS atau PDI-P ke Dalam Koalisi?

GASPOL! Hari Ini: Prabowo Ajak PKS atau PDI-P ke Dalam Koalisi?

Nasional
Ngabalin: Revisi UU Kementerian Negara untuk Kebutuhan Masyarakat, Paten Itu Barang...

Ngabalin: Revisi UU Kementerian Negara untuk Kebutuhan Masyarakat, Paten Itu Barang...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com