Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panggil Dia Maria Magdalena Rubinem

Kompas.com - 18/09/2013, 21:45 WIB

“Kulo nate angsal honor Rp 500 ribu. Meniko honor ingkang inggil wekdal samanten," tutur Rubinem yang artinya, dirinya pernah mendapat honor Rp 500 ribu, dan itu merupakan honor yang sangat tinggi untuk sinden pada saat itu.

Dari hasil manggung, ia memiliki dua rumah, beberapa petak tanah, mobil, emas-berlian, dan seperangkat gamelan. Tak ada waktu untuk diam. Malam manggung, siang hari ia masih mempunyai kesibukan untuk menjadi pedagang emas-berlian di Pasar Beringharjo, Yogyakarta.

Setelah mengalami banyak kesulitan dalam perkawinan, akhirnya ia menikah dengan Agustinus Subardi, duda berputera satu. Rupanya bahtera rumah tangga Rubinem menjumpai banyak gelombang. Berbagai persoalan melanda kehidupan pribadinya. Akhirnya, ia memilih menjanda. Karena tidak punya keturunan, Rubinem mengangkat tiga anak yang semua dididiknya sampai mandiri dalam berumah tangga.

Jika kini Rubinem membuka warung nasi gudeg di kompleks Terminal Jombor, Sleman, awalnya hanyalah sekadar untuk pengisi kesibukan. Hartanya sebagai mantan sinden kondang masih cukup untuk menghidupi diri, yakni berupa dua rumah dan sepetak tanah yang dikontrakkan, serta satu mobil untuk disewakan.

Sayangnya, perjalanan dan perjuangan hidup Rubinem harus mulai dari awal lagi. Pada 2008, meski atas persetujuannya, anak menantunya menjual seluruh harta-bendanya dan laku Rp 270 juta, untuk investasi di sebuah perusahaan. Ternyata, investasi itu tipu-muslihat belaka.

“Saya bisa stres jika memikirkan itu kembali. Justru dari peristiwa itu, saya semakin mendekatkan diri pada Tuhan, untuk merenungkan perjalanan hidup saya. Akhirnya, saya mendapatkan kepasrahan. Harta saya habis, karena itu bukan rezeki saya. Saya menumpuk harta, selain hasil manggung, juga menjadi rentenir saat menjadi pedagang emas dulu,” akunya.

Baginya, tahun 2008 merupakan tahun petaka sekaligus penghiburan. Tahun itu hartanya habis, namun imbalannya, ia mendapatkan penghargaan dari Persatuan Dalang  Indonesia (Pepadi) Pusat Jakarta. Ia menerima penghargaan Anindya Karya Waranggana. Pepadi bekerjasama
dengan Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian Jakarta memberikan penghargaan kepada Rubinem atas pengabdian dan kesetiaannya melestarikan kesenian tradisi.

Di kios berukuran 21 m2, Rubinem menjalani kehidupannya dalam keikhlasan. Di tempat itu, dia hidup bersama salah seorang anaknya dan seorang cucunya.

“Cucu saya itu sudah besar, dan syukurlah, suka bantu-bantu di warung di sela-sela kesibukan kuliahnya.

Sebisa mungkin, saya akan membiayai kuliahnya,” tekad Rubinem.

Hari-harinya kini banya diisi dengan memasak gudeg untuk para pelanggannya yang sudah ketagihan masakan gudegnya yang kering dan gurih. Bicara soal pelanggan, Rubinem punya pengalaman buruk dengan salah satu pelanggannya.

Ini bermula seusai dirinya mendapat penghargaan seni dari Persatuan Dalang Indonesia (Pepadi) Pusat Jakarta pada tahun 2008. Ia beroleh hadiah berupa uang senilai Rp 10 juta. Namun setelah dikurangi pajak dan lain-lain, ia membawa pulang uang Rp 8 juta. Sebagian uang yang diperoleh dari penghargaan tersebut dibelikan sepasang giwang berlian. Rubinem dengan senang mengenakan giwang tersebut di warung. Namun diam-diam, seorang perempuan yang juga pelanggannya tertarik untuk memiliki giwang yang dikenakan Rubinem.

Pada suatu hari, saat warung sepi, perempuan jahat itu pun masuk ke warung Rubinem. Begitu dilihatnya sang pesinden sedang sendiri, ditubruknya perempuan itu seraya memaksanya untuk menyerahkan giwang yang pernah dilihatnya. Rubinem yang segera menyadari dirinya hendak dirampok, segera berteriak minta tolong. Perempuan perampok yang sudah berhasil menelikung dan memukuli Rubinem itu pun segera lari.

Rubinem ya Maria Magdalena Rubinem. Kontras benar kehidupannya antara dahulu dan kini. dulu nama Rubinem terkenal tak terkira di sekitar Yogyakarta. Dia bukan saja sinden yang memiliki suara dan cengkok yang menarik, tapi juga memiliki tubuh dan wajah yang aduhai. itulah sebabnya, tak heran jika dirinya dipuja oleh para lelaki yang menggemari sosoknya.

"Tapi saya bukan perempuan gampangan. Saya susah ditemui oleh penggemar saya, sebab saya nggak pernah mau dijemput oleh pengundang. lebih baik saya datang dan pulang sendiri untuk menghindari fitnah," ujar Rubinem.

Rubinem tidak pernah menyesali apa yang sudah terjadi. Termasuk harta benda yang pernah dikumpulkan di kala muda dan kini telah habis.  Dia juga tak menyesali bahwa kini dirinya tak lagi popular, dan bahkan tak dikenal.

Jika ada yang dia sayangkan, adalah karena RRI, institusi tempatnya pernah bekerja juga ikut-ikutan melupakan dirinya. Padahal, Rubinem ingin benar datang kembali ke RRI, sekedar untuk mengenang bahwa dirinya pernah menjadi saksi perjalanan radio milik pemerintah itu.

“Saya berharap mereka masih ingat saya, saya ingin kalau RRI ulang tahun saya diundang. Tapi, sejak saya keluar di tahun 1972 sampai sekarang, saya belum pernah diundang. Saya suka sedih kalau mengingat ini.”

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com