"Itu dari Pirooz, bukan dari Alstom," kata Yanuar di Gedung KPK, Jakarta, saat mendampingi kliennya yang ditahan seusai diperiksa sebagai tersangka sore tadi.
Menurut Yanuar, uang dari Pirooz tersebut diberikan dalam rangka kerja sama bisnis. Pirooz merupakan kawan lama Emir yang dikenal sejak keduanya berkuliah di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat.
Yanuar juga mengatakan, uang dari Pirooz tersebut diterima Emir secara bertahap. Uang tersebut, menurut Yanuar, diterima Emir melalui PT Anugerah Nusantara Utama. Perusahaan ini, kata Yanuar, dimiliki para lulusan Universitas Indonesia yang bekerja di perusahaan Emir sebagai staf ahli. Namun, dia tidak menyebut jumlah uang yang diterima Emir itu. Saat ditanya apakah jumlahnya 300.000 dollar AS, Yanuar membantahnya.
"Dari Pirooz ditransfer ke Anugerah Nusantara Utama, ada yang diambil," tuturnya.
Meskipun membantah dapat uang dari PT Alstom, Yanuar mengakui Emir pernah dikenalkan dengan pihak PT Alstom oleh Pirooz. Mereka pernah bertemu di Kompleks Parlemen. Dalam pertemuan itu, menurut Yanuar, PT Alstom mempresentasikan produk mereka kepada Emir. Perusahaan asing itu menawarkan harga murah untuk proyek PLTU Tarahan.
"Mereka mempresentasikan bahwa Alstom bisa dengan produk yang murah membiayai dan menjual produk ini ke PLN. Produk dari PLTU Tarahan itu lebih murah menurut PT Alstom," tutur Yanuar.
Dia juga mengatakan, Emir menilai Pirooz seperti makelar proyek yang menjual namanya selaku anggota DPR. Adapun Pirooz, menurut Yanuar, bukan pegawai PT Alstom. "Menurut Pirooz, dia hanya sebagai, kenal begitu, pelobi, atau apalah. Bukan direksi perusahaan," ujar Yanuar.
KPK menetapkan Emir sebagai tersangka dalam kapasitasnya sebagai anggota DPR 1999-2004 dan 2004-2009. Emir diduga menerima 300.000 dollar AS dari PT Alstom Indonesia yang merupakan perusahaan pemenang tender PLTU Tarahan.
KPK menjerat Emir dengan Pasal 5 Ayat 2, Pasal 12 Huruf a atau b, Pasal 11, dan atau Pasal 12 B Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam kasus ini, KPK telah memeriksa sejumlah saksi, termasuk petinggi PT Alstom Indonesia. KPK juga mengaku telah memeriksa warga neagra asing di luar negeri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.