Yang ikut hangouts malam itu antara lain Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif di Jakarta, Duta Besar Indonesia untuk Singapura Andri Hadi di Singapura, Kepala Polda Riau Brigadir Jenderal (Pol) Condro Kirono di Pekan Baru, Pelaksana Tugas Gubernur Riau Mambang Mit di Pekanbaru, serta jajaran TNI di Riau dan Aceh.
”Meski saya juga berkomunikasi dan menerima laporan dari Kepala BNPB dan Menko Kesra, saya ingin mendengar langsung dari saudara di lapangan,” kata Presiden saat memulai konferensi.
Untuk bencana yang mendapat sorotan internasional itu, Yudhoyono memang menaruh perhatian besar. Dia memantau dan mendapat laporan penanganannya. Apalagi untuk kebakaran lahan, polusi udara mengganggu Singapura dan Malaysia.
Dengan upayanya ini, Yudhoyono ingin memastikan laporan pembantu-pembantunya itu tidak berjarak dengan realitas lapangan. Saat meminta laporan dari Kepala BNPB, disampaikan titik api yang berkurang dari sebelumnya di 265 lokasi menjadi hampir tidak ada lagi. Indeks standar polusi yang sebelumnya di atas 300 turun di bawah 100.
Laporan itu langsung dicek Yudhoyono dengan bertanya ke Dubes di Singapura dan mendapat konfirmasi.
Dalam hangouts itu, Yudhoyono juga memerintahkan Plt Gubernur Riau memprioritaskan penanganan kebakaran lahan meski tengah bersiap untuk pemilihan kepala daerah.
Untuk gempa di Aceh, Kepala BNPB melaporkan bencana yang terkonsentrasi di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah. Sejumlah 35 korban tewas, 8 hilang, lebih dari 800 orang luka-luka, dan sekitar 4.300 bangunan rusak. Selain itu, sejumlah 12.500 warga terpaksa mengungsi karena tempat tinggalnya rusak parah.
Laporan lalu dicek ke jajaran TNI yang menangani evakuasi. Setelah mendapat informasi dari petugas di lapangan, Yudhoyono berencana mengunjungi korban pada hari Senin (8/7).
Menjadi responsif
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi membuat Yudhoyono mengubah cara komunikasi dan koordinasi di jajaran pemerintah. Jarak, waktu, dan hierarki birokrasi hendak dipangkas untuk mendapat informasi dengan biaya yang minim. Bayangkan biaya yang harus dikeluarkan dan waktu yang dibutuhkan jika komunikasi untuk menggali informasi itu dilakukan dalam rapat koordinasi di hadapan Presiden di Jakarta.
Memang konferensi video itu bukan kali pertama. Namun, penggunaan fasilitas ”cuma-cuma” dari Google+ baru kali pertama. Biasanya, Yudhoyono melakukan konferensi video difasilitasi Telkom atau TVRI.
Kegandrungan Yudhoyono pada kemajuan teknologi komunikasi dan informasi memang bukan kali ini saja. Pada 13 April lalu, Yudhoyono meluncurkan akun Twitter @SBYudhoyono. Belum genap dua bulan, lebih dari 2,6 juta pengguna Twitter menjadi follower-nya. Di antara pemimpin negara anggota G-20 yang dibanggakannya, Yudhoyono berada di bawah Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam jumlah follower.
Tak puas dengan Twitter, Yudhoyono meluncurkan akun fan page Facebook dengan alamat SBYudhoyono. Padahal, sebelumnya, ia juga membuka ruang masukan dan interaksi dengan publik melalui pesan layanan singkat SMS 9949, PO Box 9949, juga situs web presidensby.info.
Bisa dibayangkan, jika semua saluran interaksi itu efektif menyerap aspirasi masyarakat, pemerintahan di bawah Yudhoyono akan lebih responsif melayani masyarakat. Apalagi jika jajaran lain juga melakukan langkah serupa.
Karena responsif, saya berandai-andai, suatu saat Yudhoyono juga hangouts bersama pihak yang berkepentingan dalam penyelesaian masalah Ahmadiyah di daerah-daerah. Atau dalam penyelesaian izin rumah ibadah GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia yang berlarut-larut. Juga dalam penyelesaian Syiah di Sampang yang teraniaya dan terusir dari tanah leluhurnya. Syukur-syukur, setelah itu Yudhoyono bertemu langsung dengan para pihak untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Tentu angan itu tidak salah dan bukannya tanpa dasar mengingat Yudhoyono menaruh perhatian yang demikian besar, tidak hanya pada persoalan bencana, tetapi juga persoalan-persoalan toleransi dan harmoni bangsa. Apalagi di dua hal itu, Presiden Yudhoyono pernah mendapat pengakuan dan penghargaan dari dunia internasional. (C Wahyu Haryo PS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.