Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Dalami Keterkaitan Kongres Demokrat dengan Gratifikasi Anas

Kompas.com - 06/07/2013, 08:00 WIB
Icha Rastika

Penulis


 JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendalami keterkaitan antara penyelenggaraan Kongres Partai Demokrat 2010 dengan dugaan gratifikasi yang diterima mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum.

Kongres Demokrat yang memenangkan Anas sebagai ketua umum tersebut diduga dibiayai dengan uang dari proyek Hambalang. "Kemungkinan ke sana sedang kita dalami. Kalau ada, ya kita kembangkan," kata Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas di Jakarta, Jumat (5/7/2013) malam.

Dalam beberapa hari terakhir ini, KPK memeriksa saksi-saksi yang berkaitan dengan penyelenggaraan Kongres Partai Demokrat, di antaranya, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Saan Mustopa dan Manajer PT Aston Tropicana Bandung yang bernama Yogi.

Usai diperiksa KPK beberapa hari lalu, Saan Mustopa mengaku dicecar penyidik mengenai startegi pemenangan Anas dalam Kongres 2010. Dia juga ditanya mengenai teknis penyelenggaraan Kongres di Bandung tersebut.

Sementara itu Yogi mengakui ditanya mengenai acara Partai Demokrat di Hotel Aston. Yogi membenarkan Demokrat pernah menggelar acara di hotel tersebut beberapa waktu lalu.

Diduga, Hotel Aston merupakan tempat dikumpulkannya para ketua dewan pimpinan cabang (DPC) Demokrat sebelum Kongres berlangsung. Di sana, para ketua DPC sudah diarahkan untuk memilih Anas.

Adapun Anas diduga menerima pemberian hadiah atau janji terkait proyek Hambalang dan proyek lainnya. KPK pernah menyatakan bahwa gratifikasi yang diterima Anas kemungkinan bukan hanya Toyota Harrier.

Namun sejauh ini, bentuk gratifikasi selain Harrier tersebut masih didalami. "Itu sedang diklarifikasi penyidik. Pokoknya semua yang terkait dengan proyek lain," kata Wakil Ketua KPK lainnya, Bambang Widjojanto.

Saat ditanya apakah gratifikasi terhadap Anas ada yang berupa pembiayaan Kongres Partai Demokrat, Bambang mengatakan bahwa KPK tengah mengkonfirmasi saksi-saksi dan bukti dokumen yang dimiliki untuk membuat utuh penyidikan kasus Hambalang.

"Sekarang kita cari semua kemungkinan yang bisa jadi dasar berdasarkan pasal yang disangkakan sesuai dengan sprindik," tambah Bambang.

Terkait dengan Kongres Partai Demokrat ini, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, pernah mengungkapkan bahwa kongres tersebut tidak hanya dibiayai dari proyek Hambalang. Ada proyek lain, di antaranya proyek pendidikan tinggi di Kementerian Pendidikan Nasional.

Menurut Nazaruddin, proyek ini diatur mantan Wakil Sekjen Partai Demokrat, Angelina Sondakh. Kini, Angelina alias Angie divonis empat tahun enam bulan penjara dalam kasus dugaan korupsi proyek perguruan tinggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Nasional
Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Nasional
“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com