Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adukan 2.000 Ton Gula, Direktur RNI Cari Muka

Kompas.com - 10/11/2012, 14:54 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Ismed Hasan Putro mengadukan Idris Sugeng ke Badan Kehormatan (BK) terkait adanya permintaan gula 2.000 ton. Aksi Ismed ini dinilai hanya mencari muka ke Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan karena sebenarnya tidak ada upaya pemerasan dalam permintaan gula itu. Hal ini diungkapkan Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno, Sabtu (10/11/2012), dalam diskusi di Warung Daun, Jakarta.

"Setelah saya teliti, Pak Ismed ini sepertinya hanya ingin cari muka juga ke Pak Dahlan. Karena dia (Ismed) sama sekali tidak punya bukti pemerasan, karena memang hal itu sama sekali tidak ada," kata Hendrawan.

Hendrawan mengungkapkan, berdasarkan penjelasan Sugeng kepadanya, permintaan 2.000 ton gula itu ditujukan untuk tiga hal yakni untuk daerah pemilihan Sugeng di Jawa Tengah, untuk bakti sosial istri para politisi Demokrat di Depok, dan terakhir, dibeli Sugeng untuk rekannya yang berbisnis gula.

"Ketiga hal itu kemudian dirangkum oleh Ismed seakan-akan ini upaya pemerasan. Saya sudah lihat ada bukti-bukti bahwa akhirnya Idris Sugeng itu membeli 5 ton, ada bukti transfer Rp 55 juta. Jadi itu gulanya, akhirnya dia beli sendiri, tidak ada pemerasan," ucap Hendrawan.

Menurutnya, sering ada salah pengertian dari para direksi BUMN terhadap bahasa komunikasi anggota Dewan. Penyebabnya, karena selalu berpikir bahwa anggota DPR suka memeras.

"Para politisi ini memang senang membentak, menggertak sering dengan suara keras dan senyum-senyum. Tapi ini bukan berarti ada deal. Meski memang di DPR, ada oknum yang cari rejeki tambahan saya tidak menutup mata. Tapi harus dipahami itu hanya bagian kecil," katanya.

Ia pun mengingatkan Dahlan agar jangan terjebak pada data-data yang disampaikan bawahannya. Pasalnya, tidak hanya kasus gula itu saja yang dinilai masih kurang bukti. Kasus dugaan pemerasan direksi PT Merpati Nusantara Airlines pun demikian.

Sensasi tanpa esensi

Dalam kasus Merpati, disebutkan politisi PDI-P Sumaryoto dari Komisi XI DPR meminta commitment fee terkait penyertaan modal negara (PMN) Merpati. Dikabarkan, Dirut Merpati yang lama yakni Sardjono Johnny menjanjikan commitment fee kepada Sumaryoto. Hal ini kemudian dibantah Johnny maupun Sumaryoto. Menurut Hendrawan, data yang dimiliki Dahlan Iskan terkait Merpati hanya didapatnya dari Dirut Merpati yang baru yakni Rudy Setyopurnomo.

"Ini kan aneh, yang katanya berjanji dan menerima janji membantah, tiba-tiba Dirut yang baru yang dia dengar-dengar saja langsung dibilang pemerasan," katanya.

Jika Dahlan tidak hati-hati dalam menyusun bukti-bukti keterlibatan anggota Dewan, apa yang disampaikannya tak bermakna apa-apa. "Kalau Pak Dahlan mengelola unsur spekulasi jadi sensasi, maka data yang disampaikan rentan jadi sampah atau fitnah dan tidak ada esensinya karena muatan spekulasi begitu besar," ujarnya.

Baca juga:
Dahlan Iskan Membahayakan BUMN
Masih Ada Direksi BUMN yang "Genit"

Sebagian Besar Direksi BUMN "Pesanan" Parpol
Kalau DPR Minta Jatah, Tak Usah "Diladeni"!

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Dahlan Iskan Versus DPR

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Nasional
    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Nasional
    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Nasional
    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Nasional
    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Nasional
    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Nasional
    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Nasional
    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Nasional
    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    Nasional
    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

    Nasional
    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Nasional
    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Nasional
    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com