Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hamka: Tak Ada Arahan Pilih Miranda

Kompas.com - 04/05/2011, 20:02 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi Partai Golkar Hamka Yandhu mengungkapkan, tak ada arahan dari pimpinan kelompok fraksi (poksi) Komisi IX maupun dari pimpinan Fraksi Golkar untuk memilih Miranda Goeltom sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia 2004. Hal itu disampaikannya saat bersaksi dalam persidangan kasus dugaan suap cek perjalanan dengan terdakwa Asep Ruchimat, Teuku Muhammad Nurlif, Baharuddin Aritonang, Reza Kamarullah, dan Hengky Baramuli, Rabu (4/5/2011), di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta.

"Tidak ada instruksi pilih Miranda," kata Hamka, yang juga terpidana 2,5 tahun dalam kasus yang sama.

Menurutnya, rapat poksi (kelompok fraksi) Komisi IX DPR 1999-2004 yang dilakukan sebelum uji kelayakan dan kepatutan calon DGSBI hanya membahas hal-hal umum, tidak terkait untuk memilih Miranda dan pengucuran dana. Hamka juga menyampaikan, ia memilih Miranda sebagai salah satu Gubernur Senior BI pada tahun 2004 karena Miranda dinilai kompeten. Sebelum uji kelayakan dan kepatutan, lanjutnya, Fraksi Golkar mendengarkan pendapat ahli ekonomi tentang para calon yakni, Budi Rochadi, Hartadi A Sarwono, dan Miranda.

Menurut Hamka, ahli ekonomi dari Universitas Indonesia menyatakan bahwa Miranda adalah calon terbaik. "Miranda sudah menduduki deputi gubernur sebelumnya, ia juga ahli ekonomi UI, hubungannya dengan perbankan diakui, " tuturnya.

Atas dasar itulah, katanya, ia memilih Miranda. Pernyataan Hamka senada dengan sejumlah terdakwa yang menyatakan hal yang sama. "Tak pernah ada rapat poksi apalagi pengarahan dan iming-iming untuk mendapat uang," kata Asep.

Teuku Muhammad Nurlif juga membantah adanya rapat khusus yang membahas pemenangan Miranda.

Baharuddin Aritonang mengungkapkan bahwa keterangan Hamka dalam berita acara pemeriksaan yang mengatakan bahwa adanya arahan memilih Miranda hanyalah karangan belaka.

"Ketika ketemu di rutan Salemba, saya tanya (ke Hamka), apakah ada rapat poksi untuk mengarahkan, beliau bilang mengarang-ngarang," katanya .

Sebelumnya, tim jaksa penuntut umum dalam perkara suap cek perjalanan dengan terdakwa lima politikus ini menyebut Ketua Kelompok Fraksi (Poksi) Golongan Karya di Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat 2004, Paskah Suzetta mengarahkan fraksinya untuk memilih Miranda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

    Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

    Nasional
    Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

    Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

    Nasional
    Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

    Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

    Nasional
    Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

    Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

    Nasional
    Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

    Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

    Nasional
    Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

    Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

    Nasional
    Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

    Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

    Nasional
    15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

    15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

    Nasional
    Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

    Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

    Nasional
    Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

    Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

    Nasional
    Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

    Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

    Nasional
    Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

    Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

    Nasional
    9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

    9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

    Nasional
    Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

    Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

    Nasional
    Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

    Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com