Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Popularitas Mentok, Mega Sebaiknya Digantikan Prabowo

Kompas.com - 20/04/2009, 07:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com-Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Letjen TNI Purn Prabowo Subianto dinilai lebih menjanjikan dibandingkan figur Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri pada Pemilihan Presiden 2009.

Mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI AD atau Danjen Kopassus tersebut juga lebih mampu merangkul massa akar rumput.  

Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Charta Politica Bima Arya Sugiarto, peneliti senior LIPI Ikrar Nusa Bakti, dan pengamat politik Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi, kepada Kompas.com secara terpisah beberapa waktu lalu.  "Saat ini pengaruh Mega hanya terbatas pada internal partai saja," ujar Airlangga.  

Sementara itu, Bima mengatakan, popularitas Mega, yang pernah dikalahkan oleh capres dari Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono pada Pilpres 2004, sudah mentok. "Mega telah kehilangan momen. Dan psikologis pemilih di Indonesia adalah antitesis," ujar Bima.  

Menurut Bima, Prabowo merupakan antitesis dari calon presiden dari Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Putra ekonom Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo ini juga dinilai menawarkan hal yang berbeda dari SBY. Sosok Prabowo yang tegas juga merupakan antitesis SBY yang cenderung lembut.  

Selain hal di atas, Ikrar berpendapat, Prabowo juga didukung keuangan yang solid sehingga dapat menopang biaya kampanye selama pilpres.  

Jika Prabowo nantinya menjadi capres dari koalisi Golden Triangle, yang sejauh ini terdiri dari PDI Perjuangan, Gerindra, dan Partai Hati Nurani Rakyat pimpinan Jenderal TNI Purn Wiranto, Airlangga memperkirakan politisi sekaligus pengusaha tersebut akan menggandeng salah seorang fungsionaris partai Moncong Putih untuk posisi cawapres guna menarik massa. Putri Mega, Puan Maharani, dinilai salah seorang yang akan dipertimbangkan.  

Sebaliknya, Bima berpendapat, PDI Perjuangan akan kesulitan menentukan fungsionaris yang pantas mendampingi Prabowo sebagai cawapres. PDI Perjuangan memang kekurangan stok tokoh nasional. "Pencalonan Puan sendiri akan ada resistensi dari internal partai," ujarnya.  

Terkait pelanggaran HAM semasa orde baru, yang sampai saat ini masih melekat di diri Prabowo, Airlangga mengatakan, hal tersebut memang berpotensi menjadi hambatan utama mantan panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad). Terlebih jika hal tersebut dipolitisir oleh pihak lawan.  

Namun, isu pelanggaran HAM berupa penculikan sejumlah aktivis, lanjut Airlangga, hanya terbatas pada kaum urban kalangan menengah ke atas. Sementara itu, masyarakat pedesaan diperkirakan tidak akan peduli terhadap isu tersebut.  

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com