Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudi Hartono
Penulis Lepas dan Peneliti

Penulis lepas dan pendiri Paramitha Institute

Pancasila dan Kemiskinan Anak

Kompas.com - 04/06/2024, 14:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEORANG gadis kecil di Belawan, Sumatera Utara, yang usianya baru sekitar 8-9 tahun, harus bekerja sebagai penambal ban hingga larut malam demi menopang hidup keluarganya.

Video gadis kecil penambal ban itu viral di media sosial sepekan sebelum peringatan Hari Lahirnya Pancasila. Gadis kecil itu, yang belum diketahui namanya, hanyalah satu dari sekian banyak potret buram kemiskinan anak di Indonesia.

Di Indonesia, ada 1,01 juta anak dalam rentang usia 5-17 tahun yang harus bekerja demi menopang hidup dirinya dan keluarganya. Kehidupan mereka terhempas dan mengalami deprivasi akibat terjangan kemiskinan.

Ketimpangan vital

Isu pekerja anak sangat berkelindan dengan kemiskinan. Di Indonesia, struktur kemiskinan berdasarkan kelompok usia didominasi oleh anak-remaja (0-17): 11,8 persen (BPS, 2023).

Sayangnya, isu kemiskinan anak jarang tersentuh dalam isu-isu politik maupun perumusan kebijakan.

Isu kemiskinan anak berkait erat dengan banyak hal, seperti pekerja anak, tidak/putus sekolah, tidak memiliki akta kelahiran, persalinan tanpa dibantu tenaga medis, tengkes, dan tinggal di rumah tidak layak huni.

Göran Therborn, seorang Profesor sosiologi kelahiran Swedia di Universitas Cambridge, mengaitkan kemiskinan anak dengan isu ketimpangan. Ia membedah ketimpangan itu dalam tiga dimensi: vital, eksistensial, dan material.

Dalam konteks ini, kemiskinan anak adalah ketimpangan vital. Therborn mengartikan ketimpangan vital sebagai ketimpangan peluang hidup untuk hidup sehat dan berumur panjang serta kemampuan merealisasikan potensi hidupnya.

Di Indonesia, dalam setiap 1000 kelahiran, ada 17 bayi yang meninggal sebelum berusia 1 tahun. Ada 20 anak per 1000 kelahiran yang meninggal sebelum menginjak usia 5 tahun.

Lalu, 21,6 persen dari mereka yang berhasil bertahan hidup mengalami tengkes. Tengkes memperpendek harapan hidup.

Anak-anak itu setelah tumbuh terus terlilit kemiskinan. Akhirnya, peluang mereka menikmati pendidikan juga tak begitu lebar.

Meski ada program wajib belajar 12 tahun, jumlah anak usia 10 tahun ke atas yang tidak atau belum bersekolah masih berjumlah 2,96 persen (BPS, 2023).

Angka putus sekolah pun masih tinggi: SD mencapai 0,13 persen, SMP 1,06 persen, dan SMA 1,38 persen (BPS, 2023).

Di Indonesia, ada 57,91 persen anak usia dini yang tinggal di rumah tidak layak huni, yang tak didukung oleh sanitasi baik dan ketersediaan air bersih. Kondisi ini menyempitkan peluang mereka untuk hidup sehat dan cerdas.

Kemiskinan membuat anak-anak kesulitan mengakses makanan yang sehat dan bergizi. Akibatnya, mereka kekurangan nutrisi yang diperlukan bagi perkembangan fisik dan otaknya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Eks Penyidik KPK: Ponsel Hasto Tidak Akan Disita Jika Tak Ada Informasi soal Harun Masiku

Eks Penyidik KPK: Ponsel Hasto Tidak Akan Disita Jika Tak Ada Informasi soal Harun Masiku

Nasional
Soal Duet Anies-Kaesang, Relawan Anies Serahkan ke Partai Pengusung

Soal Duet Anies-Kaesang, Relawan Anies Serahkan ke Partai Pengusung

Nasional
MPR Khawatir Bansos yang Akan Diberikan ke Korban Judi Online Malah Dipakai Berjudi Lagi

MPR Khawatir Bansos yang Akan Diberikan ke Korban Judi Online Malah Dipakai Berjudi Lagi

Nasional
Eks Penyidik KPK: Kasus Harun Masiku Perkara Kelas Teri, Tapi Efeknya Dahsyat

Eks Penyidik KPK: Kasus Harun Masiku Perkara Kelas Teri, Tapi Efeknya Dahsyat

Nasional
Siapa Anggota DPR yang Diduga Main Judi Online? Ini Kata Pimpinan MKD

Siapa Anggota DPR yang Diduga Main Judi Online? Ini Kata Pimpinan MKD

Nasional
Eks Penyidik KPK Anggap Wajar Pemeriksaan Hasto Dianggap Politis, Ini Alasannya

Eks Penyidik KPK Anggap Wajar Pemeriksaan Hasto Dianggap Politis, Ini Alasannya

Nasional
Rupiah Alami Tekanan Hebat, Said Abdullah Paparkan 7 Poin yang Perkuat Kebijakan Perekonomian

Rupiah Alami Tekanan Hebat, Said Abdullah Paparkan 7 Poin yang Perkuat Kebijakan Perekonomian

Nasional
DPR Sebut Ada Indikasi Kemenag Langgar UU Karena Tambah Kuota Haji ONH Plus

DPR Sebut Ada Indikasi Kemenag Langgar UU Karena Tambah Kuota Haji ONH Plus

Nasional
Punya Kinerja Baik, Pertamina Raih Peringkat 3 Perusahaan Terbesar Fortune 500 Asia Tenggara 2024

Punya Kinerja Baik, Pertamina Raih Peringkat 3 Perusahaan Terbesar Fortune 500 Asia Tenggara 2024

Nasional
Gugat ke MK, Dua Mahasiswa Minta Syarat Usia Calon Kepala Daerah Dihitung saat Penetapan

Gugat ke MK, Dua Mahasiswa Minta Syarat Usia Calon Kepala Daerah Dihitung saat Penetapan

Nasional
Satgas Judi 'Online' Dibentuk, Kompolnas Minta Polri Perkuat Pengawasan Melekat

Satgas Judi "Online" Dibentuk, Kompolnas Minta Polri Perkuat Pengawasan Melekat

Nasional
Pemerintah Diminta Fokuskan Bansos Buat Rakyat Miskin, Bukan Penjudi 'Online'

Pemerintah Diminta Fokuskan Bansos Buat Rakyat Miskin, Bukan Penjudi "Online"

Nasional
Pemerintah Diminta Solid dan Fokus Berantas Judi 'Online'

Pemerintah Diminta Solid dan Fokus Berantas Judi "Online"

Nasional
Ada Anggota DPR Main Judi Online, Pengamat: Bagaimana Mau Mikir Nasib Rakyat?

Ada Anggota DPR Main Judi Online, Pengamat: Bagaimana Mau Mikir Nasib Rakyat?

Nasional
Muhadjir Usul Sanksi Pelaku Judi 'Online' Sebaiknya Diperberat

Muhadjir Usul Sanksi Pelaku Judi "Online" Sebaiknya Diperberat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com