Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudi Hartono
Penulis Lepas dan Peneliti

Penulis lepas dan pendiri Paramitha Institute

Pancasila dan Kemiskinan Anak

Kompas.com - 04/06/2024, 14:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kemiskinan menggiring mereka dalam lorong kehidupan sekadar untuk “survive”: menjadi pekerja anak, putus sekolah, atau terlempar ke jalanan untuk bertarung dengan kehidupan yang ganas.

Cita-cita Pancasila

Ada pesan menarik saat Sukarno menyampaikan pidato pada 1 Juni 1945, yang kini diperingati sebagai Hari Lahirnya Pancasila.

Pesannya sangat kuat: “Kita hendak mendirikan suatu negara semua buat semua. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, tetapi semua buat semua.”

Cita-cita “negara semua buat semua” mensyaratkan keadilan sosial. Dalam pidato 1 Juni 1945, penekanan soal keadilan sosial ini, yang oleh Soekarno disebut "sociale rechtvaardigheid”, sangat kuat, diucapkan dan ditegaskan berkali-kali oleh Sukarno.

Dalam peta pikiran Sukarno, keadilan sosial adalah tujuan berbangsa dan bernegara. Tanpa keadilan sosial, maka sia-sia perjuangan kemerdekaan itu.

“Tidak boleh ada kemiskinan dalam Indonesia merdeka,” kata Sukarno.

Tentu saja, kemiskinan, terlebih-lebih kemiskinan anak, sangat memunggungi cita-cita keadilan sosial.

Fenomena seperti pekerja anak, angka kematian bayi dan balita yang tinggi, tengkes, putus sekolah, dan kekerasan terhadap anak, adalah pengingkaran terhadap pancasila.

Jalan mewujudkan keadilan sosial mensyaratkan pemenuhan hak azasi manusia (perikemanusiaan), hak untuk berpartisipasi (demokrasi), kesetaraan akses dan kesempatan (inklusi), dan politik redistribusi.

Mengatasi kemiskinan anak

Anak-anak adalah generasi penerus. Tanpa intervensi negara, anak-anak dari keluarga miskin hanya akan menjadi penerus kemiskinan orangtuanya. Karena itu, mengatasi kemiskinan adalah adalah kunci untuk memutus lingkaran kemiskinan.

Lalu, apa yang bisa dilakukan?

Pertama, perlu ada bantuan sosial yang menyasar anak-anak yang paling tidak berdaya dan terpinggirkan.

Bantuan sosial ini untuk meringankan beban anak-anak dan keluarganya dalam memenuhi kebutuhannya yang paling dasar. Bentuknya bisa meliputi tiga aspek: bantuan tunai, bantuan pangan, dan asuransi kesehatan.

Kedua, membuka pintu akses pendidikan seluas-luasnya kepada seluruh anak bangsa. Setiap anak Indonesia harus diberikan kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan berkualitas tanpa rintangan apa pun, termasuk rintangan biaya.

Ketiga, layanan kesehatan terjangkau, yang memungkinkan anak-anak dan keluarga miskin bisa mengakses imunisasi, perawatan kesehatan ibu dan anak, dan kontrol gizi yang baik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 30 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pakar Sebut Penyitaan Aset Judi Online Bisa Lebih Mudah jika Ada UU Perampasan Aset

Pakar Sebut Penyitaan Aset Judi Online Bisa Lebih Mudah jika Ada UU Perampasan Aset

Nasional
Eks Pejabat Kemenkes Sebut Harga APD Covid-19 Ditentukan BNPB

Eks Pejabat Kemenkes Sebut Harga APD Covid-19 Ditentukan BNPB

Nasional
Transaksi Judi 'Online' Meningkat, Kuartal I 2024 Tembus Rp 101 Triliun

Transaksi Judi "Online" Meningkat, Kuartal I 2024 Tembus Rp 101 Triliun

Nasional
Hari Ini, Gaspol Ft Sudirman Said: Pisah Jalan, Siap Jadi Penantang Anies

Hari Ini, Gaspol Ft Sudirman Said: Pisah Jalan, Siap Jadi Penantang Anies

Nasional
Habiburokhman: Judi 'Online' Meresahkan, Hampir Tiap Institusi Negara Jadi Pemainnya

Habiburokhman: Judi "Online" Meresahkan, Hampir Tiap Institusi Negara Jadi Pemainnya

Nasional
Baru 5 dari 282 Layanan Publik Pulih Usai PDN Diretas

Baru 5 dari 282 Layanan Publik Pulih Usai PDN Diretas

Nasional
Penerbangan Garuda Indonesia Tertunda 12 Jam, Jemaah Haji Kecewa

Penerbangan Garuda Indonesia Tertunda 12 Jam, Jemaah Haji Kecewa

Nasional
Perdalam Pengoperasian Jet Tempur Rafale, KSAU Kunjungi Pabrik Dassault Aviation

Perdalam Pengoperasian Jet Tempur Rafale, KSAU Kunjungi Pabrik Dassault Aviation

Nasional
Cek Harga di Pasar Pata Kalteng, Jokowi: Harga Sama, Malah di Sini Lebih Murah

Cek Harga di Pasar Pata Kalteng, Jokowi: Harga Sama, Malah di Sini Lebih Murah

Nasional
Kasus Korupsi Pengadaan Lahan JTTS, KPK Sita 54 Bidang Tanah dan Periksa Sejumlah Saksi

Kasus Korupsi Pengadaan Lahan JTTS, KPK Sita 54 Bidang Tanah dan Periksa Sejumlah Saksi

Nasional
Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Nasional
Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Nasional
Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Nasional
Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com