Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli: Pj Kepala Daerah Lakukan Segala Cara Dukung Paslon Jagoan Presiden

Kompas.com - 01/04/2024, 13:24 WIB
Ardito Ramadhan,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Ilmu Pemerintahan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Djohermansyah Djohan menilai, pengangkatan penjabat kepala daerah di era Presiden Joko Widodo kental dengan kepentingan politik Jokowi.

Hal ini disampaikan Djohan saat dihadirkan sebagai ahli oleh Tim Hukum Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dalam sidang sengketa hasil Pilpres 2024, Senin (1/4/2024).

"Pengangkatan Pj kepala daerah relatif tidak berubah, pekat dengan kepentingan politik presiden. Terbukti dari semua pengangkatan Pj kepala daerah diputuskan oleh presiden," kata Djohan di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Senin.

Baca juga: Butet Kartaredjasa dkk Sampaikan Amicus Curiae, Minta MK Adil Putuskan Sengketa Pilpres 2024

Eks Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri ini menyebutkan, kebijakan tersebut berbeda dengan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Ia menuturkan, pada masa Presiden SBY, hanya pj gubernur yang ditetapkan oleh Istana, sedangkan pengangkatan pj bupati dan wali kota merupakan kewenangan Kemendagri.

Djohan melanjutkan, Jokowi juga mengubah kebijakan evaluasi terhadap para pj kepala daerah dari dilakukan 3 bulan sekali secara normatif, dengan menyebut evaluasi bisa dilakukan setiap hari.


Selain itu, Djohan juga mengungkit pernyataan Jokowi yang pernah mengancam memecat pj kepala daerah yang menurutnya 'miring-miring'.

Menurut dia, pernyataan itu dapat diartikan bahwa seluruh pj kepala daerah harus menaati arahan Jokowi tanpa syarat, termasuk mendukung kandidat yang didukung oleh presiden.

"Hukum besi pj kepala daerah dari ASN itu adalah taat kepada pejabat yang mengangkatnya, bukan kepada rakyat. Tak perlu pakai surat-surat, cukup dengan membaca gerak-gerik presiden, para pj pasti melakukan berbagai cara untuk mendukung memihak paslon jagoannya presiden," kata Djohan.

Baca juga: Butet Kartaredjasa dkk Sampaikan Amicus Curiae, Minta MK Adil Putuskan Sengketa Pilpres 2024

Ia menuturkan, pj kepala daerah juga bisa menggerakkan anak-anak buahnya di pemerintahan daerah karena mereka berwenang melakukan mutasi walau harus seizin Kemendagri.

Menurut Djohan, mutasi merupakan senjata ampuh pj kepala daerah terhadap pejabat pemerintah daerah yang idealis dan berani menolak perintahnya.

"Akibatnya, perangkat pemda di sekretariat daerah, dinas-dinas, hingga camat-camat tidak netral dan menggunakan wewenang serta jaringannya untuk membantu memenangkan Paslon 02 dan dengan menangnya sekali putaran 02 amanlah jabatan mereka," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PAN Klaim Dapat Jatah 4 Menteri, Zulkifli hingga Viva Yoga Mauladi

PAN Klaim Dapat Jatah 4 Menteri, Zulkifli hingga Viva Yoga Mauladi

Nasional
SYL Klaim Tak Pernah 'Cawe-cawe' soal Teknis Perjalanan Dinas

SYL Klaim Tak Pernah "Cawe-cawe" soal Teknis Perjalanan Dinas

Nasional
Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

Nasional
Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

Nasional
Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur demi Jaga Marwah

Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur demi Jaga Marwah

Nasional
Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Nasional
Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Nasional
Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Nasional
Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Nasional
Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis 'Mercy'

Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis "Mercy"

Nasional
26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

Nasional
Soal Perintah 'Tak Sejalan Silakan Mundur', SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Soal Perintah "Tak Sejalan Silakan Mundur", SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Nasional
Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Nasional
[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

Nasional
MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com