Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mustakim
Jurnalis

Eksekutif Produser program talkshow Satu Meja The Forum dan Dua Arah Kompas TV

Ambang Batas Parlemen Dikoreksi, Penyederhanaan Parpol Hanya Utopi?

Kompas.com - 06/03/2024, 11:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MAHKAMAH Konstitusi memerintahkan para pembuat undang-undang mengoreksi aturan ambang batas parlemen. Jika aturan ini dihapus atau angkanya diturunkan, semangat penyederhanaan partai akan jadi angan-angan.

Di tengah isu penggelembungan suara salah satu partai politik peserta Pemilu 2024, Mahkamah Konstitusi atau MK membuat putusan yang menuai perdebatan.

MK menyatakan, ketentuan ambang batas parlemen atau “parliamentary threshold” 4 persen suara sah nasional yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu (UU Pemilu) tak sejalan dengan prinsip kedaulatan rakyat, keadilan pemilu, dan melanggar kepastian hukum yang dijamin oleh konstitusi.

Untuk itu, MK memerintahkan agar regulasi mengenai syarat masuk Senayan ini dikoreksi.

Meski demikian, MK menyatakan aturan baru mengenai ambang batas parlemen ini tidak diterapkan pada Pemilu tahun ini, namun baru berlaku pada Pemilu 2029.

Artinya, bagi partai politik yang tak memenuhi ambang batas parlemen 4 persen pada Pemilu 2024, tetap tak bisa melenggang ke Senayan.

MK menegaskan, putusan ini tidak menghapus ambang batas parlemen, melainkan meminta agar regulasi ini diatur kembali.

Namun, threshold dan besaran angka persentasenya diserahkan ke pembentuk undang-undang guna menentukan angka yang rasional dan masuk akal.

Menuai pro kontra

Putusan ini ditanggapi beragam oleh berbagai kalangan. Partai politik kecil dan menengah menyambut gembira putusan MK dan meminta agar angka ambang batas masuk Senayan diturunkan.

Tak hanya partai partai baru, partai lama seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga mendesak ambang batas parlemen diturunkan dari 4 persen menjadi 2,5 persen.

Sementara Partai Gelora justru meminta agar ambang batas parlemen dihapuskan. Alasannya, aturan ini memunculkan jarak antara rakyat dengan calon wakil atau pemimpinnya.

Ambang batas dinilai mendistorsi hak-hak rakyat untuk memilih pemimpin secara langsung karena keberadaannya membuat rakyat dibatasi.

Karena itu, partai pimpinan Anis Matta ini meminta tak hanya parlemen, ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden juga harus dihapus.

Namun, suara berbeda disampaikan partai partai menengah dan partai besar. Mereka justru ingin menaikkan ambang batas masuk parlemen.

Sejumlah partai seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai NasDem, Partai Golkar dan PDI Perjuangan bahkan mengusulkan ambang batas parlemen tak lagi 4 persen, namun naik menjadi 5-7 persen.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Nasdem: Anies 'Top Priority' Jadi Cagub DKI

Nasdem: Anies "Top Priority" Jadi Cagub DKI

Nasional
Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Nasional
Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Nasional
Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Nasional
Anies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Anies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Nasional
PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

Nasional
Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Nasional
Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran ibarat Pisau Bermata Dua

Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran ibarat Pisau Bermata Dua

Nasional
Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Nasional
Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P dalam Periode Kedua Jokowi

Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P dalam Periode Kedua Jokowi

Nasional
Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasional
Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Nasional
Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com