JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Golkar diperkirakan bakal memberi jalan bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) jika memang memutuskan bergabung, sebagai upaya balas budi atas keuntungan elektoral yang mereka dapatkan pada pemilihan umum (Pemilu) 2024.
Menurut pengamat politik Jannus TH Siahaan, Partai Golkar kemungkinan besar bakal langsung memberikan posisi bergengsi bagi Jokowi jika memang bergabung dengan mereka.
Sebab menurut Jannus, Partai Golkar bakal berupaya membalas budi kepada Jokowi karena merasa mendapatkan dampak positif secara elektoral, dari keputusan mereka mendukung calon presiden-calon wakil presiden (Capres-Cawapres) nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Gibran merupakan anak sulung Presiden Jokowi yang saat ini masih menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Baca juga: Jokowi Cuma Senyum Saat Ditanya Lagi soal Gabung Golkar
"Bagi Partai Golkar sendiri, efek ekor jas Jokowi sangat berpengaruh pada peraihan suara Partai Golkar hari ini," kata Jannus dalam pernyataannya yang dikutip pada Selasa (5/3/2024).
Saat ini perolehan suara Golkar pada pemilihan legislatif 2024 sebesar 11,583,123 atau 15 persen. Perolehan suara mereka berada pada posisi kedua di bawah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P)
Menurut Jannus, kemungkinan internal Partai Golkar tidak bakal bergejolak jika Jokowi memang memutuskan bergabung. Sebab Golkar diperkirakan juga mendapatkan keuntungan elektoral jika Jokowi bergabung.
"Apalagi jika kemudian Jokowi memang memutuskan akan bergabung dengan Partai Golkar sebagai solidarity maker dan pemersatu, maka Jokowi boleh jadi malah dianggap sebagai hero atau pahlawan," ujar Jannus.
Baca juga: Jokowi Diprediksi Jadi Dewan Pembina Jika Gabung Golkar
Akan tetapi, Jannus menilai untuk saat ini kemungkinan Jokowi menduduki posisi ketua umum Partai Golkar cukup kecil.
Akan tetapi, peluang Jokowi duduk di posisi dewan pembina Golkar sebagai politikus senior dinilai paling memungkinkan dan sepadan.
"Sementara chance Jokowi diterima Partai Golkar sangat bergantung pada posisi Jokowi nantinya. Untuk menjadi Ketum nampaknya cukup berat, karena posisi Jokowi sudah bukan lagi presiden setelah Oktober 2024 nanti," ucap Jannus.
"Tapi sebagai anggota dewan pembina, nampaknya peluang Jokowi sangat besar di satu sisi dan peluang diterima oleh Partai Golkar secara aklamasi juga sangat besar di sisi lain," sambung Jannus.
Baca juga: Pengamat: Golkar Lebih Realistis untuk Jokowi ketimbang Gerindra
Isu soal rencana bergabungnya Presiden Jokowi ke Partai Golkar sebelum atau sesudah periode kedua pemerintahannya berakhir semakin santer.
Sampai saat ini status Presiden Jokowi sebagai kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menjadi dipertanyakan, meskipun partai berlambang banteng bermoncong putih itu tidak pernah secara tegas menyatakan status keanggotaan Jokowi.
Di sisi lain, Jokowi membiarkan anak sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, menjadi calon wakil presiden (Cawapres) mendampingi calon presiden (Capres) nomor 2 Prabowo Subianto.