PERKARA makan siang gratis sebenarnya bukan kebijakan baru, karena pemerintah saat ini juga sudah memiliki kebijakan pemberian makanan tambahan untuk anak sekolah (PMT AS), bahkan sejak 2010, meski tidak setiap hari dalam seminggu.
Sementara jika program ini sering diberikan untuk memperoleh dampak lebih luas, maka hasilnya bukan sekadar pemenuhan gizi tambahan, tetapi juga ketahanan pangan, produktivitas, kesehatan, perputaran ekonomi lokal yang berdampak untuk masa depan.
Makan siang di sekolah mempermudah pemberian akses makanan bergizi bagi anak-anak dari keluarga miskin yang sering kali kekurangan gizi akibat keterbatasan ekonomi.
Jika dilakukan setiap hari, maka kesehatan dan daya tahan tubuh mereka mampu terjaga, sehingga proses belajar mengajar memiliki pola seperti anak-anak lainnya dan tak terganggu urusan perut.
Di luar itu, setidaknya ada tiga hal yang bisa diurai, yaitu mengurangi beban pengeluaran meningkatkan kesehatan, menangani gizi buruk, hingga membuka peluang ekonomi di desa.
Dalam jangka pendek, pemberian makan siang gratis mampu mengurangi beban pengeluaran dalam satu hari untuk anak yang berasal dari keluarga miskin.
Memberikan mereka kesempatan untuk menggunakan uang pada kebutuhan lain, seperti pendidikan dan kesehatan.
Dalam jangka panjang, peningkatkan gizi dapat meningkatkan kesehatan dan perkembangan pada anak-anak, sekaligus mencegah penyakit kronis saat dewasa.
Hal ini tergambar pada Publikasi Indikator Statistik Kesejahteraan Rakyat 2023, persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir dan pernah rawat jalan mencapai 35,16 persen.
Makan siang gratis juga mampu mengatasi kerawanan pangan, kelaparan, serta penderita gizi buruk. Bantuan makanan dapat membantu orang-orang yang tidak memiliki cukup uang untuk membeli makanan yang mereka butuhkan.
Sebagai gambaran, menurut Publikasi Statistik Potensi Desa (Podes), gizi buruk tersebar di 12.183 desa/kelurahan.
Bagi desa, penyediaan makan siang gratis perlu bekerja sama dengan penyedia makanan lokal untuk membuka peluang peningkatan kesejahteraan.
Ketimpangan desa yang rendah dan turun dari 0,319 pada Maret 2021 menjadi 0,313 pada Maret 2023 bukan tanpa masalah, karena masa pemulihan ekonomi tidak serta merta terbukanya peluang kelompok atas.
Erward Lazear dan Sherwin Rosen (1984), dua ekonom asal Amerika Serikat (AS), menunjukkan bahwa ketimpangan pada tingkat tertentu menjadi indikasi peningkatan inovasi dan kewirausahaan.
Sehingga sumber makan siang gratis, membuka peluang wirausaha lokal untuk menjadi pemasok bagi sekolah.