PEMILIHAN presiden Indonesia ke 8 telah berlangsung. Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga dan perhitungan sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU), total suara pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming melebihi 50 persen.
Prabowo-Gibran diperkirakan menang di lebih dari separuh provinsi. Dengan demikian, kemungkinan Pilpres hanya berlangsung satu putaran.
Prabowo berniat meluncurkan delapan program besar selama lima tahun masa jabatannya kelak untuk mendorong tujuan jangka panjang Indonesia 2045. Salah satu program tersebut adalah makan siang sekolah gratis.
Program ini bertujuan menurunkan angka stunting pada anak Indonesia yang mencapai 21,6 persen pada 2022. Inisiatif ini bertujuan memberikan cakupan 100 persen kepada lebih dari 80 juta anak pada 2029.
Namun, apakah inisiatif makan siang gratis yang diusung oleh Prabowo masuk akal secara ekonomi?
Dalam jangka panjang, kebijakan ini akan menguntungkan pekerja pertanian serta usaha kecil dan menengah. Jika pemerintah berhasil menggandeng hilirisasi proyek ini, maka kondisi ideal akan semakin terwujud.
Petani, nelayan, dan peternak akan menyediakan bahan pangan, yang selanjutnya akan diolah dan dipasok ke masyarakat.
Jika terwujud, maka inisiatif ini akan bertransformasi menjadi sektor padat karya yang mampu menyediakan 1,8 juta lapangan kerja .
Tim Prabowo mengestimasikan program ini menghabiskan dana sebesar 30 miliar dollar AS atau Rp 468,9 triliun.
Anggaran tersebut mengasumsikan indeks 1 dollar AS per makanan, sebagaimana ditentukan oleh Program Pangan Dunia PBB (WFP).
Dana sebesar 1 dollar AS akan dikembalikan sebesar 1 dollar AS dalam bentuk dampak ekonomi langsung atau tidak langsung, seperti tabungan bagi keluarga kurang mampu, peningkatan kecerdasan, produktivitas dan pendapatan kerja yang lebih baik, peningkatan kesehatan, serta peningkatan kesetaraan gender.
Realisasi program ini diragukan karena kebutuhan dana yang besar. Berdasarkan APBN 2024, program makan siang gratis menghabiskan 14,1 persen APBN.
Faktanya, anggaran program ini dua setengah kali lebih besar dari anggaran kesehatan dan hampir sama dengan anggaran pendidikan. Pemerintah perlu mempertimbangkan pilihan pembiayaan alternatif selain menggunakan dana negara.
Indonesia bukanlah negara pertama yang mengadakan program makan siang gratis. Sejak tahun 1995, India telah menerapkan program ini secara efektif, dengan memberikan makan siang kepada 125 juta anak berusia 6 hingga 14 tahun.
Inisiatif ini diberi nama “Akshaya Patra”, yang artinya jangan biarkan piring kosong.