Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andang Subaharianto
Dosen

Antropolog, dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, Rektor UNTAG Banyuwangi, Sekjen PERTINASIA (Perkumpulan Perguruan Tinggi Nasionalis Indonesia)

Ignas Kleden, Teknokrasi, dan Pemilu 2024

Kompas.com - 25/01/2024, 10:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SENIN (22/01/2024) dini hari, Ignas Kleden dipanggil Tuhan. Cendekiawan asal Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu menghembuskan napas terakhir di RS Suyoto, Jakarta Selatan (Kompas.com, 22/01/2024).

Kita tak akan lagi mendengar ceramahnya atau membaca tulisan terbarunya. Ignas Kleden adalah cendekiawan besar di republik ini yang pemikirannya cukup mewarnai sejarah kecendekiawanan Indonesia.

Tulisan-tulisannya sangat kritis, jernih, dengan bahasa yang mengalir dan enak dibaca. Tidak hitam-putih dan senantiasa membuka cakrawala. Penuh irisan antara budayawan, sosiolog dan filosof. Ignas Kleden sangat menginspirasi.

Pada 1987, Ignas Kleden menerbitkan beberapa tulisannya menjadi buku berjudul Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan (LP3ES, 1987). Buat saya yang waktu itu mahasiswa, buku tersebut sungguh bermakna. Mengenalkan banyak perspektif, sekaligus mengajarkan kesadaran kritis.

Kepergian Ignas Kleden beriringan dengan hajat politik lima tahunan bangsa Indonesia, Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Berita kepergiannya langsung membawa ingatan saya pada salah satu sudut pandangnya yang disampaikan pada buku terbitan 37 tahun lalu, yang kertasnya sudah menguning.

Di subjudul “Model Rasionalitas Teknokrasi” (bab 4), Ignas Kleden mengangkat isu teknokrasi. Peran pengetahuan dan teknik dipandang makin besar sejalan dengan industrialisasi dunia, termasuk di Indonesia.

Pembangunan dan rekayasa sosial membutuhkan para ahli. Bahkan memunculkan pula kekhawatiran tentang oligarki para ahli.

Menurut Ignas Kleden, teknokrasi pada hakikatnya merupakan suatu “krasi”, suatu bentuk penguasaan atau pemerintahan. Pengetahuan bukan soal kebajikan saja, tapi pengetahuan adalah kekuasaan (knowledge is power).

Namun, sifat-sifat baik dari pengetahuan dan teknik masih terjamin manakala pengetahuan dan teknik masih tunduk dan patuh pada kehendak serta kesadaran manusia. Pengetahuan dan teknik masih mengabdi kepada kepentingan manusia.

Justru di sanalah awal masalahnya, di mata Ignas Kleden, tatkala pengetahuan dan teknik bercumbu dengan industrialisasi dan birokrasi kekuasaan, lalu menjelma menjadi sistem yang seakan-akan mahakuasa.

Untuk mengurainya, Ignas Kleden merujuk warisan Weber. Ia membedakan tindakan seseorang atau sekelompok orang yang berorientasi pada rasionalitas tujuan dan rasionalitas nilai.

Pertama, suatu tindakan didasarkan pada tujuan tindakan tersebut, cara mencapainya dan akibat-akibatnya. Kedua, dalam mencapai suatu tujuan, orientasi utamanya adalah pada nilai-nilai atau norma yang membenarkan atau tidak membenarkan suatu cara tertentu.

Yang khas pada rasionalitas tujuan adalah pedoman normatif tidak diutamakan. Yang terpenting, tujuan tercapai.

Pemilihan cara tidak didasarkan pada norma tertentu. Suatu tindakan disebut rasional bila dalam mencapai tujuannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Biasanya berdasarkan ukuran biaya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Pertanyakan KPK yang Belum Tahan Bupati Mimika Meski Kasasi Sudah Diputus

Pakar Pertanyakan KPK yang Belum Tahan Bupati Mimika Meski Kasasi Sudah Diputus

Nasional
5 Catatan PDI-P terhadap RUU Kementerian, Harus Perhatikan Efektivitas dan Efisiensi

5 Catatan PDI-P terhadap RUU Kementerian, Harus Perhatikan Efektivitas dan Efisiensi

Nasional
Analis: TNI AL Butuh Kapal Selam Interim karena Tingkat Kesiapan Tempur Tak Dapat Diandalkan

Analis: TNI AL Butuh Kapal Selam Interim karena Tingkat Kesiapan Tempur Tak Dapat Diandalkan

Nasional
Mulai Rangkaian Rakernas dengan Nyalakan Api dari Mrapen, PDI-P: Semoga Kegelapan Demokrasi Bisa Teratasi

Mulai Rangkaian Rakernas dengan Nyalakan Api dari Mrapen, PDI-P: Semoga Kegelapan Demokrasi Bisa Teratasi

Nasional
Pertamina Patra Niaga Jamin Ketersediaan Avtur untuk Penerbangan Haji 2024

Pertamina Patra Niaga Jamin Ketersediaan Avtur untuk Penerbangan Haji 2024

Nasional
BNPT Paparkan 6 Tantangan Penanganan Terorisme untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran

BNPT Paparkan 6 Tantangan Penanganan Terorisme untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Komisi X DPR Sepakat Bentuk Panja Pembiayaan Pendidikan Buntut Kenaikan UKT

Komisi X DPR Sepakat Bentuk Panja Pembiayaan Pendidikan Buntut Kenaikan UKT

Nasional
Pimpinan Baru LPSK Janji Tingkatkan Kualitas Perlindungan Saksi dan Korban Tindak Pidana

Pimpinan Baru LPSK Janji Tingkatkan Kualitas Perlindungan Saksi dan Korban Tindak Pidana

Nasional
Soroti RUU MK yang Dibahas Diam-diam, PDI-P: Inilah Sisi Gelap Kekuasaan

Soroti RUU MK yang Dibahas Diam-diam, PDI-P: Inilah Sisi Gelap Kekuasaan

Nasional
Jemaah Haji Asal Makassar yang Sempat Gagal Terbang Karena Mesin Pesawat Garuda Terbakar Sudah Tiba di Madinah

Jemaah Haji Asal Makassar yang Sempat Gagal Terbang Karena Mesin Pesawat Garuda Terbakar Sudah Tiba di Madinah

Nasional
DPR dan Pemerintah Didesak Libatkan Masyarakat Bahas RUU Penyiaran

DPR dan Pemerintah Didesak Libatkan Masyarakat Bahas RUU Penyiaran

Nasional
Optimalkan Penanganan Bencana, Mensos Risma Uji Coba Jaringan RAPI

Optimalkan Penanganan Bencana, Mensos Risma Uji Coba Jaringan RAPI

Nasional
Komplit 5 Unit, Pesawat Super Hercules Terakhir Pesanan Indonesia Tiba di Halim

Komplit 5 Unit, Pesawat Super Hercules Terakhir Pesanan Indonesia Tiba di Halim

Nasional
TNI Gelar Simulasi Penerapan Hukum dalam Operasi Militer Selain Perang

TNI Gelar Simulasi Penerapan Hukum dalam Operasi Militer Selain Perang

Nasional
Jokowi Ingin Bansos Beras Lanjut hingga Desember, PDI-P: Cawe-cawe untuk Pilkada

Jokowi Ingin Bansos Beras Lanjut hingga Desember, PDI-P: Cawe-cawe untuk Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com