SETELAH malang-melintang, bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sejak 1999, Maruarar Sirait resmi mundur.
Mundurnya Maruarar ditandai dengan pengembalian Kartu Tanda Anggota (KTA), yang diserahkan langsung oleh Maruarar ke Utut Adianto, Wakil Sekjen DPP PDI-P, pada Senin, 15 Januari 2024.
Dengan demikian, Maruarar yang pernah menjadi anggota DPR RI dari PDI-P periode 2004-2009, 2009-2014 dan 2014-2019 resmi bukan lagi bagian dari partai banteng moncong putih.
Saat berpamitan, Maruarar yang juga pendiri dan mantan Ketua Taruna Merah Putih, organisasi sayap PDI-P, turut mengucapkan terima kasih kepada Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri hingga Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto.
Sekalipun keputusan politiknya itu menjelang atau mendekati hari pemilu, Maruarar tak menjelaskan secara gamblang apakah memilih mundur ada kaitannya dengan dukungan terhadap pasangan calon presiden dan calon wakil presiden tertentu.
Maruarar beralasan kalau mundurnya dari PDI-P karena memilih ikut Jokowi. Sesuai hati nurani dan kerena merasa masyarakat masih percaya Jokowi.
"Saya memilih untuk mengikuti langkah Pak Jokowi karena saya percaya Pak Jokowi adalah pemimpin yang sangat didukung oleh rakyat Indonesia," tuturnya (Kompas.com, 16 Januari 2024).
Maruarar juga sempat bertemu dengan Jokowi sebelum mengambil langkah mundur. Memunculkan spekulasi bahwa keputusannya itu ada dalam koordinasi, setidaknya komunikasi dengan Jokowi.
Walau sebenarnya mundurnya Maruarar bukan hal yang mengejutkan, karena selepas tidak lagi terpilih sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024, Maruarar juga tak memegang posisi penting di struktur PDI-P.
Ia lebih dekat dengan circle Jokowi, antara lain dengan ditunjuk sebagai Ketua Satuan Tugas (Satgas) Anti-Mafia Sepak Bola oleh Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir.
Sebelum Maruarar, Budiman Sudjatmiko juga mengalihkan dukungan ke Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming, meninggalkan Megawati dan PDI-P. Migrasinya sejumlah politisi yang juga telah menjadi ikon PDI-P ini, menjadi catatan kritis dan pelajaran bagi partai itu.
Sekalipun belum tentu berdampak pada elektabilitas partai, tapi tetap saja ini merupakan pukulan telak bagi PDI-P dan Megawati yang terus ditinggalkan kader potensialnya. Juga mempertegas bahwa Jokowi dan PDI-P atau Megawati tak lagi sehaluan orientasi politik.
Pukulan jelang pemilu, mengingat Maruarar adalah kader PDI-P tulen. Sebagai putra dari Sabam Sirait, tokoh yang sepanjang hidupnya dikenal dekat dengan Megawati, tentu saja kadar militansi Maruarar ke PDI-P bukan kaleng-kaleng, tak perlu diragukan.
Sabam Sirait adalah salah satu tokoh yang ikut mendirikan PDI-P tahun 1973, yang waktu itu masih bernama PDI. Bahkan Megawati pun masuk ke gelanggang politik karena dorongan Sabam Sirait.
Hal itu diakui sendiri oleh Megawati dalam sejumlah kesempatan. Megawati kerap bercerita bahwa Sabam Sirait orang pertama yang membujuknya, hingga akhirnya mau terjun ke politik.