JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan menyinggung kebijakan ekspor pasir laut Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan menyebut seperti toko material.
Karena pasir yang dibawa dari tanah air itu dijual untuk pembangunan negara tetangga.
Hal itu disampaikan Anies dalam potongan video Desak Anies yang diunggah di kanal YouTube pribadinya @Anies Baswedan, Jumat (5/1/2024).
"Ekspor pasir laut, jadi pasir laut di kita diambil oleh negara lain, dipakai untuk kegiata reklamasi, khusus ya. Kadang-kadang saya membatin, memangnya kita toko material ya? Sehingga pasirnya itu dipakai untuk tetangga sebelah," ujarnya.
Baca juga: Anies Sebut Jokowi Akui Tol Laut Gagal Tekan Biaya Pengiriman Logistik
Anies kemudian menegaskan, jika terpilih dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024, kebijakan ekspor pasir akan dihentikan.
Menurut dia, ekspor pasir laut akan merugikan nelayan, masyarakat pesisir dan lingkungan sekitar yang jadi tempat penghidupan mereka.
"Yang meraskaan manfaatnya ya pengusaha-pengusaha ekspor pasir. Ini kita ingin agar kebijakan kita itu memperhitungkan juga tentang kedaulatan wilayah," ujarnya.
Menurut Anies, kebijakan ekspor pasir tak sejalan dengan kedaulatan wilayah yang selama ini digaungkan oleh pemerintah.
Baca juga: Fenomena Anies Bubble, Pakar Ungkap soal Kekuatan Netizen dalam Politik
Karena ekspor pasir laut berarti memberikan tanah Indonesia untuk memperluas wilayah tanah negara lain yang membeli pasir.
"Itu artinya kita memberikan tanah kita supaya negara lain lahannya lebih luas. Tanah mereka menjadi lebih luas, pakai tanah siapa? pakai tanah kita. Kalau memang Anda mau meluaskan tanah, pakai saja tanah Anda sendiri, kenapa harus pakai tanah kita," imbuh dia.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menyebut, risiko lingkungan dan kesejahteraan nelayan juga menjadi isu utama terkait ekspor pasir tersebut.
"Jadi risiko ini risiko lingkungan, kesejahteraan nelayan itulah yang kita bilang tidak perlu diteruskan nanti akan kita hentikan kegiatan itu, dan kita pastikan bahwa nelayan memiliki ekosistem lingkungan yang sehat dan kita bisa pastikan lingkungan hidup tidak terganggu," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.