JAKARTA, KOMPAS.com - Pihak PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) berjanji memberikan santunan pendidikan hingga perguruan tinggi bagi anak korban tewas dalam ledakan smelter nikel PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS).
Insiden kecelakaan kerja itu menyebabkan 18 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Media Relations Head PT IMIP, Dedy Kurniawan mengatakan, santunan itu akan diberikan maksimal untuk dua anak, mulai dari jenjang pendidikan kanak-kanak hingga perguruan tinggi.
“PT IMIP juga memastikan bahwa korban meninggal yang memiliki anak usia sekolah, akan mendapatkan santunan pendidikan,” kata Dedy dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Selasa (26/12/2023).
Baca juga: Korban Tewas Ledakan Smelter Nikel di Morowali Bertambah Jadi 18 Orang
Selain memberikan santunan pendidikan, PT IMIP juga menyatakan bakal memberikan santunan dari perusahaan senilai Rp 600 juta untuk setiap korban meninggal dunia.
Menurut Dedy, santunan itu merupakan bentuk kepedulian perusahaan dan akan diserahkan secara simbolis kepada perwakilan ahli waris korban.
Sejauh ini, kata Dedy, PT IMIP telah menyalurkan santunan awal Rp 25 juta bagi korban meninggal dunia.
“Termasuk biaya pengantaran jenazah hingga tiba di rumah keluarga masing-masing,” tutur Dedy.
Baca juga: Korban Tewas Ledakan Smelter Nikel Dapat Santunan Rp 600 Juta
Selain itu, PT IMIP juga berkoordinasi dengan BPJS Ketenagakerjaan untuk memberikan santunan lain.
Dalam koordinasi itu kemudian disepakati ahli waris korban meninggal dunia mendapatkan santunan 46 kali dari upah pokok terendah di Kawasan PT IMIP, yakni Rp 3.675.000.
“Setara Rp 174.400.000. Dana pemakaman jenazah juga diberikan sebesar Rp 10 juta,” tutur Dedy.
Diketahui, ledakan tungku smelter nikel PT ITSS di kawasan PT IMIP mengakibatkan 18 orang meninggal dunia dan 41 orang luka.
Sebanyak 10 di antaranya merupakan warga negara Indonesia (WNI) sementara 8 orang lainnya merupakan tenaga kerja asing (TKA) asal China.
Baca juga: Istri dan Anak Menangis Peluk Jenazah Taufik Korban Ledakan di Morowali
Tragedi ledakan smelter ini kemudian menjadi sorotan dan dinilai menjadi cermin buruknya prosedur keselamatan kerja di sektor kawasan industri itu,
Juru kampanye mineral kritis Trend Asia, Arko Tarigan menyebut, kecelakaan kerja yang menimbulkan korban jiwa merupakan kejadian berulang di kawasan industri pengolahan smelter dan tidak pernah ada evaluasi.
Berdasarkan catatan Trend Asia, sebanyak 53 pekerja smelter di Indonesia meninggal dunia dalam kurun 2015 hingga 2022, termasuk di IMIP.
Sebanyak 13 orang di antaranya merupakan tenaga kerja asing (TKA) asal China.
"Evaluasi dari kasus-kasus [di smelter nikel] selama ini tidak jelas, seakan ketika ada yang meninggal, berikan kompensasi, selesai. Nyawa mereka seperti terus dikorbankan saja. Yang penting perusahaan tetap berjalan," kata Arko kepada BBC News Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.