DALAM satu acara diskusi yang menghadirkan calon Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka baru-baru ini, dan videonya viral, Gibran menyampaikan pentingnya asam sulfat bagi ibu hamil.
“Lalu ketika hamil harus dicek, ya misalnya asam sulfat yodiumnya terpenuhi nggak, ketika anaknya lahir sampai dua tahun asi-nya terpenuhi nggak”, sebut Gibran dalam potongan video tersebut.
Padahal asam sulfat adalah zat yang dapat ditemukan pada aki mobil, baterai, sebagian produk deterjen, pupuk, dan pembersih kamar mandi.
Zat kimia tersebut diketahui berbahaya bagi tubuh, salah satunya bisa menimbulkan iritasi yang parah.
Alodokter menyebut jika tertelan, bahan kimia itu bisa membakar mulut dan tenggorokan, merusak lambung, dan bahkan menyebabkan kematian.
Memang penyampaian itu sudah dikoreksi. Gibran minta maaf dan menyebut kalau maksudnya itu adalah asam folat, yang memang sangat diperlukan Ibu hamil.
“Apa sih kemarin saya menyebutnya? Asam sulfat ya. Ya mohon maaf, mohon dikoreksi ya,” kata Gibran (Kompas.com, Senin, 4 Desember 2023)
Dengan begitu, sejatinya hal tersebut tak perlu lagi dibesar-besarkan, apalagi kesalahan diksi itu terjadi di forum kecil dan tak disiarkan secara daring. Gibran sebagai manusia dan anak muda juga bisa salah.
Menjadi masalah kemudian, karena potongan video Gibran berkat platform media sosial telah menyebar luas, mendapat tanggapan warganet, di antaranya juga dijadikan meme dan konten ‘menyerang’ Gibran yang notabene adalah cawapres.
Apalagi belakangan ada video lain yang beredar, dalam setting ruangan dan audiens yang berbeda, Gibran juga terdengar salah menyebut asam folat sebagai asam sulfat.
Pada titik ini kemudian kesalahan konteks dan konten (diksi) komunikasi politik Gibran menjadi sesuatu yang serius dan penting untuk ditelaah dan didiskusikan.
Pertama, soal komunikasi. Calon pemimpin negara yang tengah dalam masa kampanye sebagai cawapres, komunikasi menjadi penting secara politik, karena bisa memengaruhi sentimen publik dan ikut menurunkan atau menaikan elektabilitas.
Itu pula mengapa persiapan komunikasi politik bagi capres dan cawapres sangat penting, karena merupakan ikhtiar agar upaya menyampaikan pesan, visi, nilai dan gagasan kepada pemilih menjadi optimal.
Komunikasi politik yang efektif dapat membantu membangun citra positif, untuk mendapatkan dukungan, dan memengaruhi persepsi publik terhadap calon tersebut, alih-alih adalah blunder.
Dalam konteks ini, semua konten komunikasi capres-cawapres harus benar-benar terukur, sehingga merefleksikan kemampuan dan kapasitas.