JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mempersilahkan masyarakat Indonesia untuk memilih siapa calon presiden (capres) menurut keyakinan masing-masing.
Presiden mengingatkan, pelaksanaan pemungutan suara pemilihan umum (pemilu) 2024 akan dilakukan pada 14 Februari tahun depan.
"Semuanya kita serahkan kepada rakyat karena yang punya kedaulatan adalah rakyat. Siapa pun yang Bapak, Ibu dan saudara-saudara pilih, itu adalah memang (jika menang) kehendak, pertama, memang kehendak Allah. Yang kedua memang kehendak rakyat," ujar Jokowi saat memberikan sambutan pada Rakernas Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Korps HMI Wati (Kohati) di Kalimantan Barat, pada Jumat (24/11/2023), sebagaimana disiarkan YouTube Sekretariat Presiden.
"Mau memilih Pak Anies, silakan. Mau memilih Pak Prabowo, silakan. Mau memilih Pak Ganjar, silakan. Asal jangan memilih Pak Bahlil," canda Jokowi.
"Karena semuanya nanti akan ditentukan oleh rakyat di 14 Februari yang akan datang," tegasnya.
Baca juga: Jokowi Buka Kongres HMI di Pontianak, Minta Kader Kawal Perjalanan Indonesia Menjadi Negara Maju
Oleh karenanya, Presiden pun berpesan kepada HMI agar aktif mengawal pelaksanaan Pemilu 2024.
Kepala Negara menyebut anggota HMI dan Kohati merupakan anak-anak muda yang optimis.
Namun, menurut Jokowi, perasaan optimis harus dibarengi dengan pemikiran yang realistis.
Sehingga, lanjut Jokowi, pemilu harus tetap dilakukan dengan kerukunan.
"Jangan sampai kemajuan yang telah ada, yang telah terbangun ini menjadi sia-sia karena perpecahan, karena kesalahan kita dalam memilih pemimpin sehingga sering saya bicara bolak-balik hati-hati memilih pemimpin," tuturnya.
Baca juga: Jokowi Segera Tunjuk Ketua KPK Sementara Pengganti Firli Bahuri
Ke depannya, lanjut Presiden Jokowi, Indonesia dihadapkan kepada tantangan eksternal dan internal bangsa.
Sehingga kepemimpinan tahun 2024, 2029 dan 2034 akan sangat menentukan apakah Indonesia bisa melompat menjadi negara maju atau tidak.
"Biasanya dalam sebuah peradaban negara itu hanya ada satu kali kesempatan. Kalau tidak bisa menggunakan kesempatan itu sulit bagi sebuah negara untuk masuk ke jajaran negara maju," ungkap Jokowi.
"Peluang kita ada, kesempatan kita ada, opportunity-nya ada, tapi juga tantangannya sangat banyak," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.