Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahfud: Hukum Bisa Berubah, Tergantung Siapa Presiden dan DPR-nya

Kompas.com - 23/11/2023, 17:06 WIB
Ardito Ramadhan,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud MD menegaskan, hukum bisa diubah, tergantung sosok presiden dan politisi yang duduk di DPR.

Hal itu disampaikan Mahfud dalam acara dialog di Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta, Kamis (23/11/2023).

Mahfud menjawab pertanyaan dari panelis terkait revisi Undang-Undang Aparatur Sipil Negara yang membuka pintu bagi aparat TNI/Polri menduduki jabatan sipil.

"Prof Mahfud kerap menceritakan bahwa setelah reformasi, korupsi kita terdesentralisasi. Apakah hal yang demikian ini justru tidak semakin mendesentralisasi korupsi kalau akarnya dihidupkan?" tanya Ibnu Sina Candranegara selaku panelis untuk bidang hukum.

Baca juga: Mahfud MD: Kekuasaan Sekarang Banyak yang Eksesif karena Konflik Kepentingan

Awalnya Mahfud mengakui, ketentuan tersebut memang menimbulkan kontroversi.

Tapi ia menyebut bahwa sosok yang kuat terkadang diperlukan untuk mengisi jabatan-jabatan sipil tertentu.

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan ini pun menjelaskan bahwa hukum adalah hasil kesepakatan pemerintah dan DPR.

Sehingga, ia mengimbau masyarakat hendaknya memilih presiden dan anggota DPR yang cocok dengan aspirasi mereka supaya menghasilkan kebijakan yang sejalan pula.

"Itu kan soal kesepakatan saja, pilih DPR-nya yang cocok dengan aspirasi saudara, pilih presidennya yang cocok dengan aspirasi saudara, itu semua diolah nanti, tidak ada sesuatu yang berlaku abadi di dalam hukum itu," kata Mahfud 

Baca juga: Mahfud MD: Sebaik Apa Pun Orang, Tak Boleh Menjabat Lagi kalau Sudah Dua Periode

Mantan ketua Mahkamah Konstitusi ini menjelaskan, hukum pada dasarnya adalah sebuah kesepakatan yang bisa saja dicabut atau diubah dalam waktu tertentu.

Ia menyebutkan, perubahan hukum pun merupakan hal yang wajar sesuai dengan perkembangan masyarakat.

"Hukum itu berubah kalau waktunya berubah, pemerintahnya berubah, itu bisa diperbaiki, kalau Saudara nanti beri dukungan kepada kita," ujar Mahfud.

Oleh karena itu, Mahfud menekankan bahwa salah satu cara untuk mengubah hukum atau kebijakan yang dianggap tidak baik saat ini adalah dengan memilih anggota DPR dan presiden yang sesuai dengan aspirasi.

"Hukum itu bisa berubah, berganti pemerintahan, kesepakatan-kesepakatan baru, dan kebijakan baru itu bisa dibuat. Nah kalau saudara mengeluh dengan persoalan-persoalan sekarang ini, mari besok kita buat kesepakatan baru," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com