JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden (Capres) nomor urut 1, Anies Baswedan menyebut bahwa tekanan yang dialami dirinya dan calon wakil presiden (Cawapres) Muhaimin Iskandar kalah berat dibanding ibu-ibu rumah tangga di seluruh Indonesia.
Menurut Anies, tekanan lebih berat juga dirasakan petani karena kesulitan mendapatkan pupuk dan anak muda yang sulit mencari pekerjaan.
Pernyataan itu disampaikan Anies saat mengungkapkan gagasannya dalam program Gagas RI yang dibawakan Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo.
“Kami kemarin ditanya Gus Imin (Muhaimin), Mas Anies katanya mengalami tekanan ya akhir-akhir ini? Oh kami jawab seberat-beratnya tekanan yang kami alami, lebih berat tekanan yang dialami ibu-ibu rumah tangga di seluruh Indonesia,” ujar Anies sebagaimana disiarkan di Kompas TV, Rabu (22/11/2023).
Baca juga: Sebut Harga Pangan Mahal, Anies: Beras Naik 30 Persen, Cabai Merah 113 Persen
“Kalau untuk memperbaiki itu kita harus hadapi tekanan, bismillah kita hadapi tekanan-tekanan itu semua,” katanya lagi.
Anies lantas mengungkapkan, 50 persen pengeluaran rumah tangga di Indonesia diperuntukkan membeli pangan. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding Vietnam 31 persen, Malaysia 27 persen, Afrika Selatan 21 persen, dan Jepang 16 persen.
Namun, Anies mengatakan, harga bahan pangan di Indonesia lebih tinggi dibanding negara lain. Seperti harga daging yang disebutnya lebih mahal dua sampai tiga kali lipat dibandingkan di Singapura dan Malaysia.
“Harga telur kita lebih mahal daripada harga telur di Jepang. Ini terjadi karena tata Niaganya tidak diperbaiki,” ujar Anies.
Baca juga: Singgung Ketimpangan, Anies: Pembangunan Itu tentang Manusia, Bukan Infrastruktur
Selain itu, ia mengungkapkan, harga beras naik secara konsisten selama tujuh tahun terakhir dengan kenaikan hampir 30 persen. Kemudian, harga minyak goreng naik 55 persen, gula pasir naik 11 persen, daging naik 29 persen, dan cabai merah naik 113 persen.
“Bila ini tidak ditata dengan baik maka keluarga Indonesia makin hari akan semakin merasakan tekanan yang luar biasa,” kata Anies.
Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, akar masalah dari mahalnya harga pangan tersebut karena banyak lahan tetapi produktivitas rendah.
Selain itu, lahan pertanian yang perlahan berkurang juga menjadi penyebab timbulnya permasalahan ini. Lalu, tata Pelaksanaan fungsi tata ruang yang dibiarkan melenceng dari rencana awal.
“Bila ini dibiarkan terus maka akan tergerus kawasan-kawasan yang sangat subur. Kalau ini kita lakukan koreksi di situ maka kami yakin akan terjadi perubahan,” kata Anies.
Baca juga: Anies Akan Bebaskan PBB dan Pakai Tanah Negara untuk Sekolah dan Kampus Swasta jika Terpilih di 2024
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.