JAKARTA, KOMPAS.com - Relasi antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang sejak 2012 bergandengan saat ini nampaknya dalam posisi berseberangan secara sikap politik.
Situasi itu terjadi di tengah dinamika politik menjelang ajang pemilihan umum (Pemilu) dan pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Perselisihan mencuat setelah Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka bersedia menjadi bakal calon wakil presiden mendampingi bakal calon presiden Prabowo Subianto.
Di sisi lain, PDI-P mengusung bakal capres-cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Dengan posisi seperti itu maka Gibran akan menjadi pesaing mereka.
Baca juga: Golkar Bela Jokowi yang Disindir PDI-P: Enggak Usah Baper
Gibran yang merupakan anak sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa menduduki jabatan publik itu setelah menjadi kader dan mendapat dukungan politik dari partai berlambang kepala banteng bermoncong putih itu.
Presiden Jokowi juga bisa menjabat Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, dan RI-1 juga salah satunya atas dukungan politik dari PDI-P.
Meski begitu, kemesraan antara Presiden Jokowi dan PDI-P nampaknya berangsur-angsur meredup.
Sejumlah petinggi dan politikus PDI-P pun melontarkan berbagai pernyataan berisi kekecewaan terhadap sikap politik Presiden Jokowi dan Gibran.
Baca juga: Politisi PDI-P Sebut Drama Politik Lebih Banyak di Lingkaran Jokowi
Yang paling baru adalah pernyataan Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI-P Puan Maharani yang menyebut mereka saat ini menghadapi pesaing yang dijuluki "kawan lama sudah menjadi lawan baru."
"Jangan lagi ada yang berpikir bahwa kawan yang sudah jadi lawan itu sebenarnya sedang bersandiwara dan aslinya itu tetap bersama kita. Tidak ada itu. Sudah, terima kenyataan bahwa kawan lama sudah menjadi lawan baru," ucap Puan dalam pidato di Surabaya pada Sabtu (4/11/2023) pekan lalu.
Puan juga mengajak para kader dan simpatisan buat berjuang memenangkan Ganjar-Mahfud MD.
"Walaupun badai mengadang di depan kita jangan pernah kita gentar, jangan pernah kita takut, kita tetap tegak lurus memenangkan perjuangan kita," tegas Puan.
Baca juga: Wanti-wanti PDI-P untuk Bobby Nasution
"Kita butuh pemimpin yang mau bekerja untuk Indonesia, mau berkorban untuk Indonesia. Yang lebih penting adalah bagaimana Indonesia tetap bersatu, adem ayem damai, dan itu hanya bisa dilakukan jika kita mengabdikan diri untuk Indonesia," tambahnya.
Secara terpisah, Presiden Jokowi juga melontarkan pernyataan menyinggung situasi politik menjelang Pemilu dan Pilpres 2024.
Dia menilai kondisi saat ini penuh dengan sandiwara politik yang bisa merugikan dan tidak sesuai dengan semangat demokrasi.