Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ikrama Masloman
Strategic Manager KCI LSI

Peneliti Senior Lingkaran Survei Indonesia

Ilusi Kampanye Membeludak Pilpres 2024: Besar di Lapangan, Ciut di Survei

Kompas.com - 07/11/2023, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBAGAI seorang Pollster, mengangkat judul tulisan ini pasti akan ada yang berseloroh, sebagai tulisan yang tendensius, khususnya kandidat capres yang menemukan kampanye-kampanyenya penuh kerumunan.

Kerumunannya lebih bersemangat, tetapi kok capres-cawapresnya masih kalah di survei?

Seperti pernyataan capres Anies Baswedan yang lebih percaya data parsial kerumunan yang ditemuinya dalam kampanye, ketimbang data nasional yang dipotret oleh lembaga survei.

“Kita tahu tantangannya besar, kalau di angka (elektabilitas) dikatakan rendah biarkanlah itu diatas kertas saja,” kata Anies saat menghadiri jalan sehat di kawasan Grand Depok City, Depok, Jawa Barat, pada Sabtu (28/10) lalu.

Capres-cawapres dan barisan pendukung yang terhipnotis karena kerumunan massa hingga merasa telah menjadi juara dan mengandaikan ada konspirasi bahwa survei-survei yang ada berkontribusi melemahkan mereka.

Sebelum jauh loncat kesimpulan kesitu, saya izin mengajak untuk berpikir lebih dalam dan menyeluruh.

Bacaores Ganjar Pranowo menyampaikan orasi di GOR Jatidiri, Semarang, Sabtu (4/11/2023).KOMPAS.COM/Titis Anis Fauziyah Bacaores Ganjar Pranowo menyampaikan orasi di GOR Jatidiri, Semarang, Sabtu (4/11/2023).
Apakah massa membeludak telah melampaui win number?

Dalam hukum besi pemenangan elektoral, jika simulasi dua pasang (head to head) untuk menang minimal angka kemenangan aman (win number) yang harus dikejar adalah 55 persen suara.

Sedangkan tiga pasang untuk melanggeng ke putaran kedua minimal mengantongi 40 persen suara aman.

Presentasi itu sebelumnya dikurangi proyeksi suara tidak sah. Maka dengan pemilih nasional sebanyak 204 juta pemilih, artinya kandidat capres-cawapres butuh 81 juta pemilih untuk lolos putaran kedua, atau 112 juta pemilih untuk menang satu putaran saja.

Nah! sekarang dengan matematika sederhana, coba kita kalkulasi, apakah kerumunan telah melampaui angka kemenangan (win number).

Jika kita simulasikan total 5 bulan kampanye digelar, sebulan sebelum masa kampanye dan empat bulan masa kampanye, dipotong rapat konsolidasi partai, debat kandidat, masa tenang, dan tentu acara personal dan keluarga.

Setiap bulan kita hitung sangat optimal sekitar 20 hari dimanfaatkan kandidat capres-cawapres untuk kampanye, maka dalam 5 bulan terdapat 100 hari kampanye.

Katakanlah setiap hari kampanye dilakukan, kita hitung secara optimal (jika tidak dikatakan berlebihan) dihadiri rata-rata 100.000 kerumunan massa, maka dalam 100 hari kampanye, kerumunan massa yang terlibat baru mencapai 10 juta orang, atau setara dengan 4,9 persen suara nasional.

Angka itu tentu masih jauh dari win number yang harus dicapai. Bahkan jika kita simulasikan kampanye telah dimulai sejak dua tahun, maka baru di angka 20 persen. Apalagi kerumunan yang hadir memiliki beragam motif yang belum tentu sepenuhnya memilih.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Formappi Soroti Kinerja DPR, Baru Sahkan UU DKJ dari 47 RUU Prioritas di 2024

Formappi Soroti Kinerja DPR, Baru Sahkan UU DKJ dari 47 RUU Prioritas di 2024

Nasional
Penayangan Ekslusif Jurnalistik Investigasi Dilarang dalam Draf RUU Penyiaran

Penayangan Ekslusif Jurnalistik Investigasi Dilarang dalam Draf RUU Penyiaran

Nasional
Jokowi Resmikan 22 Ruas Jalan Daerah di Sultra, Gelontorkan Anggaran Rp 631 Miliar

Jokowi Resmikan 22 Ruas Jalan Daerah di Sultra, Gelontorkan Anggaran Rp 631 Miliar

Nasional
Gerindra: Jangan Harap Kekuasaan Prabowo Jadi Bunker Buat Mereka yang Mau Berbuat Buruk

Gerindra: Jangan Harap Kekuasaan Prabowo Jadi Bunker Buat Mereka yang Mau Berbuat Buruk

Nasional
Ogah Jawab Wartawan Soal Kasus TPPU, Windy Idol: Nyanyi Saja Boleh Enggak?

Ogah Jawab Wartawan Soal Kasus TPPU, Windy Idol: Nyanyi Saja Boleh Enggak?

Nasional
Prabowo Janji Rekam Jejak di Militer Tak Jadi Hambatan saat Memerintah

Prabowo Janji Rekam Jejak di Militer Tak Jadi Hambatan saat Memerintah

Nasional
Laksma TNI Effendy Maruapey Dilantik Jadi Direktur Penindakan Jampidmil Kejagung

Laksma TNI Effendy Maruapey Dilantik Jadi Direktur Penindakan Jampidmil Kejagung

Nasional
Prabowo Klaim Bakal Tepati Janji Kampanye dan Tak Risau Dikritik

Prabowo Klaim Bakal Tepati Janji Kampanye dan Tak Risau Dikritik

Nasional
Pengacara Gus Muhdlor Sebut Akan Kembali Ajukan Gugatan Praperadilan Usai Mencabut

Pengacara Gus Muhdlor Sebut Akan Kembali Ajukan Gugatan Praperadilan Usai Mencabut

Nasional
Prabowo Akui Demokrasi Indonesia Melelahkan tetapi Diinginkan Rakyat

Prabowo Akui Demokrasi Indonesia Melelahkan tetapi Diinginkan Rakyat

Nasional
Tanggapi Wacana Penambahan Kementerian, PDI-P: Setiap Presiden Punya Kebijakan Sendiri

Tanggapi Wacana Penambahan Kementerian, PDI-P: Setiap Presiden Punya Kebijakan Sendiri

Nasional
BNPB: Total 43 Orang Meninggal akibat Banjir di Sumatera Barat

BNPB: Total 43 Orang Meninggal akibat Banjir di Sumatera Barat

Nasional
Megawati Kunjungi Pameran Butet, Patung Pria Kurus Hidung Panjang Jadi Perhatian

Megawati Kunjungi Pameran Butet, Patung Pria Kurus Hidung Panjang Jadi Perhatian

Nasional
PDI-P Bentuk Komisi Bahas Posisi Partai terhadap Pemerintahan Prabowo

PDI-P Bentuk Komisi Bahas Posisi Partai terhadap Pemerintahan Prabowo

Nasional
Pengacara Tuding Jaksa KPK Tak Berwenang Tuntut Hakim Agung Gazalba Saleh

Pengacara Tuding Jaksa KPK Tak Berwenang Tuntut Hakim Agung Gazalba Saleh

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com