JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil survei Charta Politika Indonesia pada 26-31 Oktober 2023 menunjukkan bahwa bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto adalah kandidat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 yang paling lebih sedikit populer dibandingkan Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
"Bisa dikatakan dengan (popularitas) 98,6 persen ini hampir semua masyarakat Indonesia sudah mengetahui beliau dengan tingkat kesukaan 83,4 persen," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya, Senin (6/11/2023).
Yunarto mengatakan, tingkat popularitas Prabowo yang lebih sedikit populer tidak lepas dari partisipasinya dalam pilpres sejak tahun 2009 silam.
Diketahui, Prabowo sudah maju sebagai capres pada Pilpres 2014, 2019, serta menjadi calon wakil presiden (cawapres) pada 2009.
Baca juga: Survei Charta Politika: Elektabilitas Prabowo Turun Usai Gandeng Gibran
"Kita tahu makanya ada istilah all in ya kalau di timses-nya kayaknya sudah merasa ini kesempatan terakhir," kata Yunarto.
Popularitas Prabowo itu diikuti oleh Anies Baswedan di angka 96 persen dengan tingkat kesukaan 79,4 persen dan Ganjar Pranowo di angka 92,5 persen dengan tingkat kesukaan 85,8 persen.
Sementara itu, di antara tiga bakal cawapres, Gibran Rakabuming Raka adalah kandidat yang paling populer dengan 81,2 persen. Lalu, diikuti oleh Mahfud MD dengan 78,6 persen dan Muhaimin Iskandar 78,1 persen.
"Mungkin karena anak presiden tentu saja eksposenya paling besar dan kontroversi yang muncul juga paling banyak di Mas Gibran," kata Yunarto.
Baca juga: Survei Charta Politika: Prabowo-Gibran Unggul Head to Head Lawan Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin
Namun, Mahfud MD rupanya bakal cawapres yang memiliki tingkat kesukaan tertinggi mencapai 94,2 persen, lebih besar daripada Gibran 84,4 persen dan Muhaimin (85,5 persen. Bahkan, melampaui ketiga bakal capres.
Menurut Yunarto, tingginya tingkat kesukaan terhadap Mahfud merupakan buah dari rekam jejak mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu yang jarang tersandung kontroversi negatif.
"Mungkin negatifnya cenderung Prof Mahfud ini saya sering dengar kata orang suka ngebut, takutnya nabrak-nabrak, karena nyeletuk apa adanya," ujarnya.
Adapun survei ini dilaksanakan pada 26-31 Oktober dengan melakukan wawancara kepada 2.400 orang responden dari 38 provinsi se-Indonesia. Survei ini memiliki margin of error lebih kurang 2,0 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.