JAKARTA, KOMPAS.com - Budayawan yang juga pendiri Majalah Tempo, Goenawan Mohamad, menyebut bahwa Presiden Joko Widodo berdusta terkait proses pencalonan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres).
Hal tersebut diungkapkannya berdasarkan pengalaman dari rekannya, yakni Erry Riyana Hardjapamekas yang sempat bertemu Presiden Jokowi sebelum Mahkamah Konstitusi (MK) membuat putusan yang akhirnya memuluskan jalan Gibran sebagai bakal cawapres.
Menurut pria yang karib disapa GM tersebut, saat itu Erry Riyana berbicara dengan Jokowi soal kemungkinan putusan MK.
Ketika itu, Jokowi disebut sempat menanyakan apa yang harus dilakukan terkait putusan MK tersebut.
Baca juga: Sekjen PDI-P Beberkan Jokowi-Megawati Sempat Bertemu dan Sepakat Calonkan Ganjar
Lantaran saat itu MK belum membacakan putusan, Erry memberi saran agar Presiden Jokowi meminta Gibran tidak usah maju sebagai bakal cawapres.
"Pak Jokowi ini tanya, 'Saya harus kerjakan apa?' Gembira kan Erry karena (Jokowi dianggap) mendengar (keresahan masyarakat)," kata Goenawan menceritakan pengalaman Erry Riyana di acara Rosi yang bertajuk "Rakyat Percaya Siapa: Jokowi, Ketua MK atau Gibran" yang tayang di Kompas TV, Kamis (2/11/2023) malam.
"Kata Erry, 'Gini aja Pak, kalau nanti MK sudah memutuskan atau akan memutuskan bahwa Gibran lolos, Bapak beritahu Gibran jangan maju, kamu kembali aja ke Solo dan tetap kembali ke PDI-P'," ujarnya melanjutkan.
Saat itu, Goenawan Mohamad mengungkapkan, Presiden Jokowi memberi respons yang positif terhadap saran dari Erry Riyana.
Bahkan, Jokowi dikatakan meminta agar saran Erry Riyana itu dicatat oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno.
Baca juga: Goenawan Mohamad Ungkap Kekecewaan ke Jokowi, Sebut Gibran Didesain untuk Perpanjangan Kekuasaan
Berdasarkan sikap Jokowi ketika itu, ia mengatakan, Erry Riyana merasa lega karena sarannya didengar dan akan ditindaklanjuti oleh Presiden.
Namun, kemudian hingga saat ini tidak ada tindak-lanjut dari Presiden Jokowi terkait saran dari Erry.
"Setelah itu, tidak ada pernyataan soal itu. Karena itu dusta ya," kata Goenawan.
"Lalu, siapa yang bisa kita percaya. KPK tidak bisa dipercaya lagi. MK tidak bisa dipercaya lagi. Presiden yang kita sayangi tidak bisa dipercaya lagi. Lalu siapa? Itu krisis yang serius," ujarnya melanjutkan.
Baca juga: Kirim Surat untuk Jokowi, Butet Kartaredjasa: Mengingatkan Selagi Kesempatan Masih Ada
Pendiri Komunitas Salihara itu pun menilai ada potensi krisis yang lebih serius jika nantinya terjadi konflik di pemilihan umum (Pemilu) 2024, sementara tidak ada wasit yang dapat dipercaya.
"Sekarang bisa kah kita percaya kepada wasit yang dipercaya pemerintah? Kalau enggak ada wasit, (permainan) sepak bola saja bertengkar, apalagi ini," katanya.