Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekjen PDI-P Ungkap Megawati Ingin Buat Peta 12 Wilayah Tumbuhan RI

Kompas.com - 21/09/2023, 21:23 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengungkapkan keinginan Ketua Umum PDI-P dan Presiden Kelima RI, Megawati Soekarnoputri membuat peta 12 wilayah tumbuhan di Indonesia.

Hal tersebut dia ungkapkan kepada peneliti IPB, saat mengadakan dialog di gedung Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University, Baranangsiang, Bogor, Kamis (21/9/2023).

"Prof, Ibu (Megawati) itu ingin buat ini, jadi ini misalnya peta Indonesia, lalu dibagi dalam 12 (wilayah), ini ada rasionalitas secara geostrategik, dibagi 12," kata Hasto kepada peneliti IPB di Bogor, Kamis.

Hasto menuturkan, Megawati ingin membuat peta tanaman berdasarkan geografi wilayah-wilayahnya.

Baca juga: Perkuat Ketahanan Pangan, Pemprov Sulsel Gandeng GGP Lampung Kembangkan Budi Daya Tanaman Pisang

Apalagi, kata dia, tumbuh-tumbuhan yang kaya di Indonesia bisa memenuhi kebutuhan pangan rakyat agar tidak tergantung pada produk impor secara terus-menerus.

"Lalu, untuk merancang ini (Ilmu Sistematik Geografi dan Sosiologi tumbuh-tumbuhan), masyarakat kita punya (data) tradisi makannya apa, misalnya dalam gelombang pertama antara Aceh sampai Sumatera Utara, apa bulan Januari yang bisa mereka produksi, bulan Februari apa. Nah, Ibu kepengen itu," tutur Hasto.

Adapun untuk membuat peta tanaman-tanaman itu, kata Hasto, Megawati ingin dibuat secara dinamis dari Aceh hingga Papua.

Pasalnya, setiap daerah punya potensi tumbuhan yang berbeda-beda dari Aceh sampai Papua.

Baca juga: Tanaman Rambat Kok Tahu Jalur yang Benar untuk Memanjat? Ini Rahasianya

"Tetapi itu secara dinamis, sampai pada ke Papua. Sehingga masa nanti kita di sini musim durian, di sana enggak. Di sini umbi-umbian di sana enggak. Nah, sampai pada sistem distribusi dan memenuhi kebutuhan, kedaulatan pangan untuk kesejahteraan (masyarakat)," kata dia.

Lebih lanjut, Hasto menyatakan pangan menjadi lambang supremasi kepemimpinan suatu negara karena kerap digunakan menjamin kesejahteraan rakyat, bahkan sebagai alat perang.

Hasto mencontohkan pangan yang dijadikan lambang supremasi beberapa negara. India misalnya, berhenti mengekspor beras sejak 20 Juli 2023 untuk menurunkan harga beras di pasar domestik.

Ketentuan ini juga diikuti negara beberapa negara, termasuk Vietnam. Namun, Vietnam baru akan menerapkan penghentian ekspor beras keseluruhan pada tahun 2030.

"Harga beras naik saat ini hampir 30 persen. Dan berbagai negosiasi karena gandum oleh Rusia dan ukraina telah menjadi bagian alat hegemoni atau alat perang, padahal itu sangat bersentuhan dengan kemanusiaan," kata Hasto.

Sebagai informasi, kedatangan Hasto ke IPB untuk memenuhi undangan dialog dengan para peneliti IPB University mengenai pangan sebelum Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDIP ke-4.

Diketahui, PDI-P akan menggelar Rakernas IV pada 29 September 2023.

Forum tersebut akan mengangkat Tema 'Kedaulatan Pangan Untuk Kesejahteraan Rakyat' dengan Sub Tema Pangan Lambang Supremasi Kepemimpinan Negara Pada Dunia'.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Nasional
Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Nasional
Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Nasional
UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

Nasional
Jokowi Ingin TNI Pakai 'Drone', Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan 'Drone AI'

Jokowi Ingin TNI Pakai "Drone", Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan "Drone AI"

Nasional
Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Nasional
Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Nasional
Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Nasional
Hari Ke-6 Pemberangkatan Haji, 41.189 Jemaah Asal Indonesia Tiba di Madinah

Hari Ke-6 Pemberangkatan Haji, 41.189 Jemaah Asal Indonesia Tiba di Madinah

Nasional
UKT Naik Bukan Sekadar karena Status PTNBH, Pengamat: Tanggung Jawab Pemerintah Memang Minim

UKT Naik Bukan Sekadar karena Status PTNBH, Pengamat: Tanggung Jawab Pemerintah Memang Minim

Nasional
Di APEC, Mendag Zulhas Ajak Jepang Perkuat Industri Mobil Listrik di Indonesia

Di APEC, Mendag Zulhas Ajak Jepang Perkuat Industri Mobil Listrik di Indonesia

Nasional
Biaya UKT Naik, Pengamat Singgung Bantuan Pendidikan Tinggi Lebih Kecil dari Bansos

Biaya UKT Naik, Pengamat Singgung Bantuan Pendidikan Tinggi Lebih Kecil dari Bansos

Nasional
Penuhi Kebutuhan Daging Sapi Nasional, Mendag Zulhas Dorong Kerja Sama dengan Selandia Baru

Penuhi Kebutuhan Daging Sapi Nasional, Mendag Zulhas Dorong Kerja Sama dengan Selandia Baru

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com