Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY "Melukis" Langkah Demokrat: Kecewa Nasdem dan Anies, Kini Dukung Prabowo

Kompas.com - 18/09/2023, 17:02 WIB
Tatang Guritno,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu belakangan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) enggan menunjukan perannya dalam politik praktis di internal Partai Demokrat.

Ditemui di Madiun, Jawa Tengah, 1 Februari 2023, SBY enggan menjawab pertanyaan awak media soal konstelasi politik Tanah Air. Ia mengaku saat ini lebih menikmati waktu sebagai seorang pelukis.

“Nanti saja. Saya pelukis saja,” ucap dia.

Bahkan, saat menerima kunjungan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar di kediamannya, Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, 3 Mei 2023, SBY menyatakan telah menyerahkan urusan politik sehari-hari pada Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

“Beliau (SBY) memang sudah menyampaikan,’Cak Imin, saya ini sekarang seorang pelukis, karena itu untuk hal-hal yang bersifat day today politics itu saya tidak langsung ikut campur, sekarang ada ketumnya, Mas AHY,’” cerita Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng.

Baca juga: Demokrat: AHY Pamit ke Puan Sebelum Dukung Prabowo, Minta Maaf Tak Bisa Bersama

Namun, SBY kembali menunjukkan peran menentukan langkah Partai Demokrat setelah Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan bakal calon presiden (bacapres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan melakukan pertemuan dengan Muhaimin dan sepakat untuk mengangkatnya sebagai bakal calon wakil presiden (bacawapres) KPP.

Dalam konferensi pers di Puri Cikeas, 1 September 2023, SBY menyebut langkah Paloh dan Anies tidak etis.

“Saya mengerti politik itu memang penuh strategi, taktik, siasat, caranya banyak. Tapi saya tidak menyangka tindakan itu sejauh ini. Menurut saya melebihi batas kepatutan, etika, moral, kasar,” tutur dia.

Setelah pernyataan SBY itu, Majelis Tinggi Partai Demokrat memutuskan pihaknya angkat kaki dari KPP yang dibentuknya bersama Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Baca juga: PDI-P Tunggu Demokrat Umumkan secara Resmi Dukungan ke Prabowo

Sempat didorong bertemu dengan Megawati

Demokrat lantas bergerak cepat untuk mencari perahu baru setelah melepaskan diri dari KPP. Mulanya, sejumlah elite Demokrat menyatakan kedekatan dengan PDI-P untuk bergabung dengan koalisi partai politik (parpol) pendukung Ganjar Pranowo.

Elite Demokrat pun mendorong pertemuan antara SBY dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Bahkan, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Jansen Sitinadon mengatakan pertemuan itu bisa menjadi rekonsiliasi nasional.

Tapi, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengungkapkan pertemuan hanya bisa berlangsung jika Demokrat sudah menyatakan dukungan pada Ganjar.

Sementara, Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat Syarief Hasan mengaku pihaknya enggan bergabung dengan koalisi yang memberikan banyak syarat.

Bagi dia, seharusnya Megawati dan SBY bertemu lebih dulu sebelum Demokrat memutuskan bergabung dengan koalisi pengusung mantan Gubernur Jawa Tengah itu.

“Kami menganggap bahwa dukungan dan pertemuan itu suatu hal yang berbeda gitu,” ucap Syarief pada Kompas.com, Jumat (15/9/2023).

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com