Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ikrama Masloman
Strategic Manager KCI LSI

Peneliti Senior Lingkaran Survei Indonesia

Matematika Politik Ambyar Penyatuan Ganjar dan Anies

Kompas.com - 24/08/2023, 06:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TULISAN ini saya tujukan untuk mengurai rumus matematika politisi yang terlampau optimistis saat merespons isu menguatnya potensi Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan dalam satu pelaminan di panggung Pilpres 2024.

Seperti pernyataan Ketua DPP PDI-P Said Abdullah, yang disambut optimistis Ketum Nasdem Surya Paloh, juga diamini banyak pengamatan politik yang loncat kesimpulan seakan-akan cerita Pilpres selesai dalam duet tersebut.

Saya menduga kesimpulan itu didapat sesederhana hitungan penambahan elektabilitas Ganjar digabungkan dengan elektabilitas Anies.

Matematika politik penuh ketidakpastian

Meski sama-sama mengandalkan kalkulasi, ketika matematika merangsek masuk ke alam politik, model matematikanya tidak lagi sederhana layaknya penjumlahan elektabilitas.

Jika merujuk survei teranyar LSI Denny JA, elektabilitas Ganjar 35,3 persen ditambahkan suara Anies 18,4 persen, maka hasil akhirnya 53,9 persen.

Dalam matematika politik, hasil bisa berbeda. Bisa melebihi angka tersebut, bisa juga kurang dari itu. Bahkan, bisa lebih kecil dari modal awal elektabilitas masing-masing kandidat.

Sejatinya meski matematika ilmu pasti, tetapi dalam politik dan kekuasaan, kalkulasinya penuh dengan ketidakpastian.

Model matematika politik berhubungan dengan irisan suara dan sentimen pendukung. Kalkulasi penyatuan sangat tidak sederhana karena setiap calon memiliki ceruk pemilih yang berbeda secara sosiologis, psikologis, dan rasional.

Tidak sesederhana penambahan lima ditambah lima hasilnya 10. Pemilih Ganjar berbeda dengan Anies. Itu matematika ambyar karena mengesampingkan preferensi dari masing-masing pendukung.

Secara irisan, pemilih Ganjar dan Anies berada pada dua kutup politik berbeda. Dua kutup itu lebih besar daya tolak ketimbang daya tarik.

Daya tolak pertama adalah posisi asosiatif Ganjar yang mendompleng tingginya approval rating Jokowi yang dalam survei di atas 80 persen. Sedangkan Anies lebih asosiatif sebagai antitesis Jokowi.

Jika kita berandai niat penyatuan ini didasarkan pada goyahnya dukungan Jokowi ke Ganjar, maka posisi tawar Anies lebih diuntungkan karena telah membuka front lebih awal ketimbang Ganjar yang perlu prakondisi untuk mendadak berlawanan dengan Jokowi.

Kedua, secara ideologis dan emosional, menurut penulis, preferensi pemilih Ganjar–Anies terbentang dalam spektrum berseberang.

Satu pihak berada pada sumbu nasionalis cenderung kearah ultra nasional, sedangkan pemilih satunya cenderung kanan dalam mengapitalisasi politik identitas.

Di sisi lain, penyatuan dapat membuka lonjakan suara karena efek ikut-ikutan (bandwagon effect). Namun, lonjakannya tidak selalu positif, tetapi memiliki dua muara negatif.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Angota Paspampres Jokowi

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Angota Paspampres Jokowi

Nasional
Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Nasional
Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Nasional
Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Nasional
Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Nasional
Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Nasional
Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Nasional
Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Nasional
Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Nasional
Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

Nasional
Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com