JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 52 kejadian bencana terjadi dalam seminggu terakhir periode 14-20 Agustus 2023.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, bencana didominasi oleh kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan 32 kejadian, diikuti banjir 7 kejadian, puting beliung 7 kejadian, dan kekeringan 6 kejadian.
"Untuk Indonesia sendiri 14-20 Agustus terjadi 52 kali kejadian bencana, (terbanyak) masih kebakaran hutan dan lahan. Dan memang kalau kita bisa lihat trennya, BNPB mengatakan kita ada pada fase puncak musim kemarau," kata Abdul Muhari dalam konferensi pers secara daring, dikutip dari YouTube Kompas.com, Selasa (22/8/2023).
Baca juga: BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca Turunkan Hujan untuk Bilas Polusi Udara Jakarta
Pria yang karib disapa Aam ini menuturkan, puncak musim kemarau membuat makin banyaknya titik panas (hot spot) pada dua minggu pertama bulan Agustus, dibandingkan dua minggu pertama bulan Juni dan Juli.
Salah satu wilayah dengan tingkat titik panas yang tinggi adalah Pulau Sumatera. Titik panas menjadi 8.839 pada periode 1-14 Agustus 2023, lebih tinggi dibandingkan 2.180 titik pada 1-14 Juli 2023 dan 2.249 titik pada 1-14 Juni 2023.
Bahkan, titik panas di Pulau Kalimantan meningkat sangat tinggi. Titik panas menjadi 40.141 pada periode 1-14 Agustus 2023, lebih tinggi dibandingkan 879 titik pada 1-14 Juli 2023 dan 2.236 titik pada 1-14 Juni 2023.
"Hot spot-nya sudah luar biasa banyak. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua itu Papua bagian selatan (juga meningkat), karena itu lahan gambutnya. Lahan gambut dan lahan basah ada di situ," tutur Aam.
Baca juga: Tiba di Timika, Kepala BNPB Serahkan Bantuan untuk Warga di Papua Tengah
Lebih lanjut, Aam menyampaikan, wilayah Indonesia barat khususnya bagian utara khatulistiwa masih terdapat curah hujan dengan intensitas cukup tinggi sehingga terjadi banjir bandang di pesisir selatan Sumatera Barat dan Aceh Tenggara.
Dengan begitu, banjir terfokus di wilayah Indonesia bagian barat, sedangkan kebakaran hutan dan lahan terfokus di Jawa, Bali, hingga Kalimantan dan Papua.
"Kalau untuk Kalimantan dan Sumatera biasa kita bicara karhutla gambut, tapi kalau di Jawa karhutla di dekat permukiman. Jadi sering sekali kami dapat laporan dari daerah, ada masyarakat yang membakar sampah kemudian tidak dipadamkan sehingga menyebar," jelas Aam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.