JAKARTA, KOMPAS.com - Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie, menyebut bahwa jasa konsultasi politik jelang pemilu sangat mahal.
"Jadi caleg yang di-quote konsultan-konsultan profesional itu miliaran," kata Grace dalam jumpa pers peluncuran platform konsultan politik berbasis kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI) "Pemilu AI", Kamis (20/7/2023).
Situasi ini kerap dimanfaatkan beberapa orang untuk menawarkan jasa konsultasi politik harga miring.
Baca juga: Belum Deklarasi Dukung Capres, Giring PSI: Tegak Lurus Arahan Jokowi
Orang-orang itu biasanya pernah punya latar belakang akademisi ataupun kerap dikutip sejumlah media massa, kemudian mengeklaim dirinya dapat menjadi konsultan politik.
Menurut Grace, opsi ini bisa diambil namun hasilnya sulit diandalkan.
"Dia baru muncul jadi konsultan. Kita tidak tahu, kita bayar lebih murah, tapi dapatnya apa? Saya sih percaya kepada big data ketimbang konsultan abal-abal yang tidak punya track record," ujar dia.
Sementara itu, politikus Partai Nasdem, Muhammad Farhan, mengakui bahwa pada Pemilu 2019, para caleg sangat sulit untuk memetakan di mana kantong-kantong suara mereka.
"Kita habiskan uang banyak sekali untuk tim canvasing. Itu artinya saya punya 250 orang yang keliling, mengumpulkan minimal 25.000 orang untuk mengetahui di mana kira-kira potensi suara terbesar saya, itu pun kalau dia tidak bohong," ujar Farhan dalam kesempatan yang sama.
Baca juga: PDI-P Tunggu Komunikasi Politik PSI Sebelum Ajak Kerja Sama Menangkan Ganjar
Ini menyebabkan ongkos politik membengkak karena ia masih perlu untuk menyewa jasa survei untuk kepentingan internal dan publikasi.
Ketua Umum Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepsi) Philips Vermonte mengakui bahwa penggunaan AI mungkin bisa membantu caleg mempunyai strategi pemenangan pemilu yang lebih efektif.
Sebab, AI bisa memetakan potensi kemenangan yang diukur dari himpunan data prefrensi pemilih, daftar masalah di suatu wilayah, dan peta potensi suara, tanpa harus terjun ke lapangan.
"Itu pasti menurunkan biaya kampanye. Kalau caleg pakai ini (AI), ia bisa mengontrol timsesnya, dia bergerak ke mana hari ini, apakah sudah menuju ke tempat-tempat yang ditarget, ada geo taggingnya, dan lain-lain, sehingga caleg ini memang betul-betul bisa mengontrol timnya," kata Philips.
"Saya sebagai peneliti, banyak sekali studi tentang politik uang atau inefisiensi dalam kampanye karena begitu banyak biaya yang harus dikeluarkan," ujar dia.
Ia memberi contoh, selama ini biaya untuk membayar tim kampanye kerap kali membengkak untuk hal-hal yang belum tentu efisien.
Misalnya, tim kampanye dibiayai untuk menjangkau sejumlah titik sasaran atau sekian warga, namun pada kenyataannya hal itu tidak dikerjakan atau dikerjakan tidak dengan optimal.
"Jadi, dari sisi narasi, mereka punya modalitas sendiri. Di sisi yang lain, timnya juga bisa diorganisasi secara lebih baik," kata Philips.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.