Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teten Masduki Galau tapi Tak Kaget Dengar Banyak Skandal di KPK

Kompas.com - 11/07/2023, 16:16 WIB
Syakirun Ni'am,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menegah (Menkopukm) Teten Masduki mengaku galau mendengar sejumlah kasus dugaan korupsi di dalam tubuh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Pernyataan itu Teten sampaikan setelah mendapatkan pembekalan paku integritas dari KPK.

Adapun, Teten juga diketahui sebagai mantan aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW). Ia mengaku tidak kaget dengan sejumlah kasus seperti dugaan suap di rumah tahanan (Rutan) KPK dan lainnya.

Menurut Teten, di birokrasi manapun termasuk KPK tidak cukup hanya dibangun sistem integritas mulai dari pengadaan barang hingga rekrutmen. Menurut dia, diperlukan pengawasan dan penyegaran terus menerus.

Baca juga: Diduga Setor Uang ke Andhi Pramono, Kantor Perusahaan di Batam Digeledah KPK

“Jadi saya tidak kaget lah. Kalau galau sih, galau lah. Cuma kan memang ini bukan pekerjaan yang mudah, ini pekerjaan yang harus terus menerus,” kata Teten saat ditemui awak media di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Selasa (11/7/2023).

Menurut Teten, semua instansi di pemerintah dan lembaga penegak hukum termasuk KPK tidak boleh lengah.

Ia juga meminta masyarakat dan media massa terus mengontrol bagaimana institusi dan lembaga penegak hukum itu berjalan.

Teten mengaku, sebagai menteri ia kadang tidak mengetahui persoalan di Kementerian Koperasi dan UKM hingga bawahannya menyampaikan laporan.

Baca juga: Usai Gugatan Praperadilan Ditolak, Sekretaris MA Hasbi Hasan Dipanggil KPK Besok

Meski demikian, ia mengaku menyoroti bagian paling rentan terjadi tindak pidana korupsi seperti gratifikasi,

“Saya ketika jadi menteri pun saya selalu saya lihat mana nih yang paling potensial ada gratifikasi misalnya, itu yang kita fokuskan,” ujar Teten.

Sebelumnya, KPK tengah menjadi sorotan karena sejumlah skandal kasus dugaan korupsi.

Sejumlah perkara itu antara lain dugaan pungutan liar terkait penyelundupan alat komunikasi dan uang di Rutan KPK.

Peristiwa itu disinyalir terkait dugaan suap, gratifikasi, dan pemerasan terhadap penghuni rutan.

KPK kemudian mengungkap kasus lain, yakni dugaan pegawai bagian administrasi yang menilap uang perjalanan dinas yang menimbulkan kerugian negara hingga Rp 550 juta.

Belakangan, KPK kembali menjadi sorotan setelah mantan salah satu Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) Penyidik bernama Tri Suhartanto diduga melakukan transaksi mencapai Rp 300 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com