Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Ermaya
Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI

Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI.

Geopolitik Indonesia, ASEAN Damai, dan Membangun Dunia

Kompas.com - 08/06/2023, 16:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA 30 September 1960, lewat pidatonya berjudul "To Build The World a New", Bung Karno berpekik: “Bangunlah Dunia ini kembali! Bangunlah Dunia ini kokoh kuat dan sehat! Bangunlah suatu Dunia di mana semua bangsa hidup dalam Damai dan Persaudaraan. Bangunlah Dunia yang sesuai dengan impian dan cita-cita umat manusia.”

Dunia terkejut. Kala itu ketegangan perang dingin kekuatan besar Uni Sovyet dan Amerika Serikat (AS) seperti memperlihatkan betapa dunia dalam kondisi tidak begitu sehat.

Maka pidato Bung Karno –pemimpin besar dari negara besar ini-- menjadi perbincangan serius di kalangan pemimpin dunia. Bahkan sampai hari-hari ini pun menjadi relevan untuk dimaknai lebih lanjut.

Terlebih premise pidato tersebut segaris dengan visi komitmen yang tercuat dalam KTT ASEAN 42, belum lama ini.

Maka premise ini: “Bangunlah suatu Dunia di mana semua bangsa hidup dalam Damai dan Persaudaraan,” mempertegas garis geopolitik Piagam ASEAN yang memuat 290 langkah aksi untuk wajib diimplementasikan demi mewujudkan ASEAN kawasan damai.

Dengan adanya geopolitik itu pula bertujuan meningkatkan kerja sama negara-negara ASEAN, khususnya terkait isu-isu politik dan keamanan.

Maka dari sini perjanjian damai yang dimiliki ASEAN bernama Zone of Peace, Freedom, and Neutrality (ZOPFAN) menemui bentuknya yang paling nyata dalam menciptakan keamanan dan stabilitas regional Asia Tenggara.

Menjaga stabilitas damai

Damai adalah keadaan yang tenang. Harapan yang tersemai dari makna ASEAN sebagai kawasan damai pada dasarnya juga kebersamaan menjaga stabilitas.

Namun, tidak ada stabilitas kawasan tanpa stabilitas Nasional. Harus diakui bahwa di antara para anggota ASEAN, masih ada yang stabilitas Nasionalnya tidak stabil. Malahan, berguncang. Keadaan ini terlihat di Myanmar.

Junta militer di sana yang melakukan pengekangan demokrasi, serta pelanggaran hak asasi manusia terhadap masyarakat etnis Rohingya, membuat kondisi nasionalnya tidak stabil.

Namun sesama anggota ASEAN sudah diikat oleh perjanjian nonintervensi, tidak boleh ikut campur terhadap permasalahan dalam negeri anggotanya.

Negara anggota ASEAN harus bisa menahan dirinya untuk tidak ikut campur di dalam urusan dalam negeri yang dialami oleh negara anggota lainnya.

Jika suatu negara memutuskan untuk ikut campur, maka negara tersebut telah melanggar prinsip yang telah disepakati.

Salah satu prinspinya adalah setiap negara memiliki hak untuk melakukan segala tindakan sesuai dengan kehendaknya masing-masing, dan tidak boleh ada intervensi dari pihak asing, termasuk dari negara sesama anggota atau organisasi ASEAN sendiri.

Kendati demikian, demi membangun “Dunia di mana semua bangsa hidup dalam Damai dan Persaudaraan,” seyogyanya sesama bangsa serumpun dan sesama anggota ASEAN turut membantu menstabilkan tanpa campur tangan urusan dalam negeri negara tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com