JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi menilai, Sandiaga Uno paling unggul dibandingkan sejumlah figur kandidat calon wakil presiden (cawapres) Anies Baswedan yang lain.
Ia pun memaparkan sejumlah alasannya. Pertama, Sandi memiliki materi yang cukup besar yang dapat dipakai untuk membantu kebutuhan logistik pada kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
“Aset kekayaan yang dimiliki Sandi menjadi prasyarat mesin partai mendapatkan pelumas,” ujar Ari pada Kompas.com, Selasa (11/4/2023).
Baca juga: Wacana Pindahnya Sandiaga ke PPP Dinilai Tak Akan Pengaruhi Kemampuan Finansial Gerindra
Kedua, jika dibandingkan tiga kandidat cawapres lain yakni Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau Aher, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, chemistry Sandi dengan Anies jauh lebih baik.
Pasalnya, keduanya pernah bekerja sama dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017.
“Anies dan Sandi telah terbukti pernah memenangkan kontestasi kepala daerah yang ‘paling berdarah’ yakni palagan Pilgub DKI,” ucap dia.
Baca juga: Prabowo: Sudah Lama Sandiaga Tak Mengatakan Mau Pindah, Mungkin Kalian Ngarang
Dalam pandangan Ari, alasan terakhir Sandi memiliki daya tarik untuk menjadi cawapres Anies karena Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) itu memiliki banyak citra yang dapat dipakai untuk mempengaruhi konstituen.
“Sandi tergambarkan sebagai sosok politisi milenial, keren, tajir melintir, dan bisa kerja. Paket komplitnya Sandi adalah popularitas dan elektoral,” imbuh dia.
Adapun wacana untuk memasangkan Anies dan Sandi masih diusulkan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Meski begitu anggota Tim Delapan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Sudirman Said menyatakan bahwa Sandi bukan figur yang merepresentasikan perubahan.
Baca juga: Sandiaga Pamit Keluar dari Gerindra, Prabowo Minta Dipikirkan Lagi
Pasalnya, Sandi telah memilih untuk bergabung dengan pemerintahan saat ini.
“Perihal Pak Sandiaga Uno, rasanya publik memahami bahwa yang bersangkutan sudah memilih untuk meninggalkan konstituen lamanya dan menjadi bagian dari status quo dan meninggalkan konstituen yang menghendaki perubahan,” tutur Sudirman pada Kompas.com, Senin (10/4/2023).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.