Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Ermaya
Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI

Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI.

Memilih Pemimpin yang Menguasai Geopolitik Indonesia

Kompas.com - 01/04/2023, 09:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BUNG Karno dalam pidato pembukaan Kongres Nasional Ke-8 BAPERKI di Istana Olahraga Gelora "Bung Karno", pada 14 Maret 1963, memberitahukan bahwa pemimpin itu, bukanlah orang yang mengakat diri sendiri menjadi pemimpin. Pemimpin yang benar pemimpin, adalah perasan dari perjuangan.

Amanat Presiden Pertama RI ini menjadi relevan manakala kita simak dalam hari-hari belakangan ini. Sejumlah orang sudah mencalonkan diri menjadi pemimpin ataupun dideklarasikan menjadi pemimpin dalam konteks putaran Pemilu 2024.

Bersamaan pula pernyataan Bung Karno itu mempertegas kontektualitas bahwa pemimpin adalah sosok harapan yang ideal.

Dengan demikian, representasi ini dalam kebutuhan kepemimpinan nasional –termasuk kepemimpinan pemerintahan-- diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan yang kuat, disiplin, serta merefleksikan karakter bangsa.

Bilamana kita menelusuri lewat teori sosial (lawan teori genetis), pemimpin harus punya jam terbang tinggi. Harus disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak terlahirkan begitu saja.

Ada harapan yang terpresentasikan untuk memilih sebaik-baiknya pemimpin. Menurut filsuf abad 10, Abu Hamid Al Ghazali, sebaik-baiknya pemimpin ialah “beradab dan mulia hati".

Atau kita pakai pengertian pemimpin yang efektif terhadap keadaan kontemporer ini, seperti yang dikatakan penulis abad 20, Peter F. Drucker, "Pemimpin yang efektif bukan soal pintar berpidato dan mencitrakan diri agar disukai; kepemimpinan tergambar dari hasil kerjanya, bukan atribut-atributnya."

Hari-hari belakang ini dalam babak-babak awal konstelasi Pemilu 2024, telah ada sejumlah partai politik (parpol) bergegas sibuk menggalang koalisi untuk menghadirkan sosok pemimpin negara, agar kita pilih.

Kesibukan-kesibukan ini, bagaimanapun, bagian dari ekspresi harapan kita juga untuk mempunyai sebaik-baiknya pemimpin ”beradab dan mulia hati.”

Dalam episode memilih pemimpin ini bukan saja tersemayam harapan, juga terselipkan tuntutan.

Tuntutan ini bisa secara gamblang agar pemimpin berkesesuaian dengan opini (politik) yang kita apungkan, atau secara halus mengakomodasikan aspirasi kita atas nama aspirasi rakyat.

Memilik integritas Geopolitik Indonesia

Dari sana terejawantahkan strategi sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Dalam istilah Bung Karno –perasan. Maka perasan ini menjadi bagian dari elemen bangsa yang bernilai strategis.

Oleh karena itu, karakter bangsa yang terakomodasi dalam sosok pemimpin begini, perlu didukung pula dengan sikap kenegarawanan dan profesionalisme yang tinggi, yang bebas dari bias-bias diskriminasi dan dikotomi parsial. Ini semua demi terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia.

Tetapi lebih jauh, bagi seorang pemimpin bermodalkan kecerdasan, pengendalian emosional, sampai spiritual, maupun bermodalkan uang –tidaklah cukup, melainkan diperlukan pula modal sosial.

Modal sosial ini, antara lain, kepercayaan rakyat pada pemimpinnya, dan kejujuran pemimpin pada rakyatnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Nasional
Kekerasan Aparat dalam Peringatan Hari Buruh, Kontras Minta Kapolri Turun Tangan

Kekerasan Aparat dalam Peringatan Hari Buruh, Kontras Minta Kapolri Turun Tangan

Nasional
Menag Sebut Jemaah RI Akan Dapat 'Smart Card' Haji dari Pemerintah Saudi

Menag Sebut Jemaah RI Akan Dapat "Smart Card" Haji dari Pemerintah Saudi

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III

Sengketa Pileg, PPP Klaim Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III

Nasional
Temui KSAD, Ketua MPR Dorong Kebutuhan Alutsista TNI AD Terpenuhi Tahun Ini

Temui KSAD, Ketua MPR Dorong Kebutuhan Alutsista TNI AD Terpenuhi Tahun Ini

Nasional
Jokowi Resmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Total Anggaran Rp 1,4 Triliun

Jokowi Resmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Total Anggaran Rp 1,4 Triliun

Nasional
Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri 'Triumvirat' dan Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri "Triumvirat" dan Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Nasional
Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Nasional
Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Nasional
Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Nasional
Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal 'Food Estate'

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal "Food Estate"

Nasional
Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com