Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ruang Gerak Demokrat Dinilai Terbatas, Sulit Merapat ke Gerindra, Mustahil Koalisi dengan PDI-P

Kompas.com - 21/09/2022, 16:31 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai, Partai Demokrat tak punya ruang gerak leluasa dalam hal koalisi Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.

Apalagi, jika partai berlambang bintang mercy itu hendak mencalonkan ketua umum mereka, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sebagai calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres).

"Kalau AHY (hendak diusung jadi capres atau cawapres) menurut saya masih jadi catatan," kata Yunarto kepada Kompas.com, Selasa (20/9/2022).

Baca juga: Nasdem Sebut Peluang Koalisi dengan PKS dan Demokrat Capai 80 Persen

Menurut Yunarto, kecil kemungkinan Demokrat bergabung dengan koalisi Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sebabnya, Gerindra telah mengumumkan rencana pencapresan ketua umum mereka, Prabowo Subianto.

Sementara, AHY dinilai tak mungkin jadi cawapres Menteri Pertahanan itu karena keduanya sama-sama berlatar belakang militer.

"Prabowo tidak mungkin bergabung dengan calon wakil presiden yang tentara juga, apalagi tentara level mayor, karena dia sendiri sudah jenderal," ujar Yunarto.

Demokrat juga diprediksi mustahil bergabung dengan koalisi PDI Perjuangan. Ini tak lepas dari sejarah kerenggangan hubungan dua petinggi partai, Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"PDI Perjuangan kita tahu sangat punya keterbatasan untuk bisa berkomunikasi dengan Demokrat karena faktor sejarah," ucap Yunarto.

Baca juga: Momen Bersama AHY, Anies, Surya Paloh, hingga JK, Demokrat: Sama-sama Punya Semangat Perubahan

Di luar itu, tiga partai pro pemerintah yakni Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sudah berkongsi membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

Oleh karenanya, menurut Yunarto, paling masuk akal Demokrat bergabung dengan Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Jika ketiganya bergabung sekalipun, Demokrat belum tentu bisa mendorong pencalonan AHY sebagai presiden dan wakil presiden.

Sebab, jika AHY yang dimajukan, maka hanya Demokrat yang mendulang keuntungan. Sementara, Nasdem dan PKS tak mendapat banyak.

Maka, Yunarto memprediksi, jika benar Demokrat-Nasdem-PKS berkoalisi, besar kemungkinan mereka mengusung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai capres.

Sementara, kursi cawapres akan menjadi perdebatan alot. Namun, diperkirakan, koalisi ini pada akhirnya akan mengusung calon RI-2 dari luar partai, sebagaimana Anies Baswedan tak terafiliasi dengan parpol mana pun.

"Pada akhirnya akan masuk ke pertanyaan apakah Demokrat mau mengalah untuk menempatkan AHY pada posisi hanya menteri misalnya," kata Yunarto.

Halaman:


Terkini Lainnya

Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Nasional
Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Nasional
Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Nasional
Hanya Ada 2 Suplier Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Hanya Ada 2 Suplier Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Nasional
Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Nasional
KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

Nasional
Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Nasional
KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

Nasional
Soal 'Presidential Club' Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Soal "Presidential Club" Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Nasional
KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

Nasional
KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

Nasional
Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Nasional
Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Nasional
TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

Nasional
Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com