Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eks Penyidik KPK Sebut Perlu Komitmen Jokowi Buru Surya Darmadi

Kompas.com - 03/08/2022, 10:32 WIB
Syakirun Ni'am,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) M Praswad Nugraha menyebut penanganan buron kasus korupsi Surya Darmadi membutuhkan keseriusan dari Presiden Joko Widodo.

Praswad mengatakan, Presiden Jokowi mesti mengerahkan semua institusi di bawah kekuasaannya, agar semua lembaga penegak hukum dan intelijen bisa maksimal mengejar bos PT Duta Palma tersebut.

“Untuk level koruptor puluhan triliun ini memang membutuhkan komitmen kuat dari negara, terutama Bapak Presiden selaku pemimpin negara,” kata Praswad dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Selasa (2/8/2022).

Baca juga: Profil Bisnis Konglomerat Surya Darmadi, Tersangka Pemecah Rekor Korupsi Terbesar RI

Menurut Ketua IM57+ Institute itu, hampir semua Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dilengkapi dengan atase intelijen, kepolisian, dan militer.

Mereka bisa dikerahkan untuk mencari dan mengumpulkan informasi terkait buron kasus mega korupsi. Mereka juga bisa mendeteksi aliran dana serta aset milik koruptor.

Baca juga: Kejagung Buka Peluang Gelar Sidang In Absentia untuk Surya Darmadi

Selain itu, lanjut Praswad, terdapat banyak cara dan koordinasi yang bisa dilakukan untuk membekukan aset dan menyeret koruptor di luar negeri.

“Untuk kemudian bisa diadili di Indonesia, contohnya MLA (Mutual Legal Assistance),” ujar Praswad.

Selain itu, Praswad juga mengkritik kinerja KPK yang dinilai lamban dalam memburu Surya Darmadi. Sebab, saat ini Surya juga menjadi buruan Kejaksaan Agung.

Padahal, pada awalnya nama Surya Darmadi terseret dalam kasus korupsi revisi alih fungsi lahan yang ditangani KPK.

Menurutnya. hal ini mesti menjadi catatan penting bagi KPK.

“Kelambanan KPK ini menjadi catatan penting dalam menilai kinerja KPK,” tutur Praswad.

Baca juga: Kejagung RI Koordinasi dengan Kejaksaan Singapura Pulangkan Buron Surya Darmadi

Sebelumnya, anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Santoso menyebut Surya berada di Singapura. Ia menduga Surya Darmadi membawa kabur uang RP 54 triliun.

Selain itu, Surya Darmadi kembali menjadi perhatian publik setelah Kejaksaan Agung menetapkannya sebagai tersangka bersama mantan Bupati Indragiri Hulu, 1999-2008 Raja Thamsir Rachman.

Baca juga: KPK Dinilai Lamban Tangani Kasus Surya Darmadi yang Buron Sejak 2019

Mereka disebut melakukan korupsi penyerobotan lahan seluas 37.095 hektar di Riau.

Kejaksaan juga menetapkan Surya Darmadi sebagai tersangka kasus tindak pidana pencucian uang (TPPU).

Jaksa Agung ST Burhanuddin menyebut akibat perbuatan Surya Darmadi negara diduga mengalami kerugian sebesar Rp Rp 78 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com