Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Eki Baihaki
Dosen

Doktor Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad); Dosen Pascasarjana Universitas Pasundan (Unpas). Ketua Citarum Institute; Pengurus ICMI Orwil Jawa Barat, Perhumas Bandung, ISKI Jabar, dan Aspikom Jabar.

Jangan Sakiti Rakyat!

Kompas.com - 24/06/2022, 06:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI HAMPIR semua pintu masuk kantor kesatuan yang menjadi bagian dari jajaran Kodam III Siliwangi di Kota Bandung, Jawa Barat, kita mudah menemukan spanduk yang memuat foto seorang pria berseragam loreng bertuliskan nama Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo dengan jabatan Dangartap II/Bandung.

Dalam spanduk tersebut ada tulisan "Bila ada Anggota TNI yang menyakiti rakyat hubungi No Hp 081181113333".

Komitmen yang layak kita apresiasi dari orang nomor satu di jajaran Kodam III Siliwangi agar jajaran di bawahnya jangan menyakiti rakyat.

Komitmen yang sangat relevan dengan prinsip penghormatan terhadap hak asasi manusia. Sejalan pula dengan ikhtiar badan dunia PBB yang telah menetapkan setiap 26 Juni diperingati sebagai Hari Peduli Korban Penyiksaan Internasional.

Esensi nilai kemanusiaan yang indah dimiliki seseorang adalah turut merasakan akan derita orang lain.

Sebagaimana ungkapan penyair Jalaludin Rumi dalam tulisannya yang inspiratif dan menyentuh, "Jika engkau merasakan sakit atas dirimu, itu tandanya engkau masih hidup. Namun jika engkau merasakan sakit yang dirasakan oleh orang lain itu tandanya engkau adalah manusia".

Karena realitasnya manusia dengan kekuasaan, ambisi dan kekuatan yang dimiliki akan mudah berubah, termasuk melakukan tindak kekerasan jika tidak memiliki landasan moralitas yang kokoh.

Kekerasan timbul karena berbagai faktor terkait ekonomi, politik bahkan agama.
Bangsa kita memiliki sejarah kelam dari berbagai kasus kekerasan dan konflik yang mewarnai perjalanan bangsa Indonesia terutama pada akhir tahun 1990-an, dari konflik berdarah di Sambas dan Sampit, Ketapang, Ambon, Poso hingga berbagai wilayah lain di Indonesia.

Begitu pula dengan radikalisme atas nama agama yang seringkali menggunakan kekerasan sebagai alat untuk mencapai tujuannya, seperti teror bom, pembakaran, dan sebagainya.

Telah banyak upaya dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik-konflik ini, dari seminar hingga dialog antarpemuka agama yang berbeda dalam mencari resolusi konflik.

Namun hingga saat ini kekerasan berbasis konflik tetap masih terjadi. Sehingga PBB menetapkan tanggal 26 Juni sebagai Hari Peduli Korban Penyiksaan Internasional.

Hari peringatan untuk menentang segala tindakan kejahatan dan penyiksaan oleh aparat maupun masyarakat sipil.

Juga untuk turut empati dan mendukung para korban penyiksaan yang terjadi di berbagai belahan dunia.

Mendasari hal tersebut, setiap negara wajib melakukan perlindungan terhadap para korban penyiksaan.

Alhamdulilah negara Indonesia sudah menandatangani konferensi tersebut pada 23 Oktober 1985 dan meratifikasi antipenyiksaan dalam UU No 5 Tahun 1998, tentang Pengesahan Convention Against Tortureand Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment (Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com