Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Nilai Lelucon Megawati soal Tukang Bakso Tak Cerminkan Visi Pro Rakyat

Kompas.com - 23/06/2022, 19:10 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik Ray Rangkuti menilai gurauan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri soal tukang bakso memperlihatkan jargon partai wong cilik yang digaungkan tidak diresapi sebagai ideologi yang diperjuangkan.

"Menyebut jangan milih pasangan seperti tukang bakso cerminan ideologi-ideologi besar seperti wong cilik itu tak lebih dari sekedar slogan. Bukan sikap apalagi ideologi hidup," kata Ray saat dihubungi Kompas.com, Kamis (23/6/2022).

Pernyataan Megawati itu disampaikan saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDI-P pada Selasa (21/6/2022) lalu. Saat itu Megawati bercerita soal gurauan yang ia sampaikan ke ketiga anaknya saat akan mencari jodoh.

Baca juga: Terus Ditanya Soal Kapan PDI-P Umumkan Nama Capres, Megawati: Sabar Sedikit Lah

Menurut Megawati, dirinya memberikan pedoman agar calon mantunya tidak seperti 'tukang bakso'.

"Jadi ketika saya mau punya mantu, saya sudah bilang ke anak-anak yang tiga ini. Awas lho kalau nyarinya kayak tukang bakso," ujar Megawati.

"Jadi maaf, tapi bukannya saya apa. Maksud saya, manusia Indonesia ini kan Bhinneka Tunggal Ika. Ya maka harus berpadu. Bukan hanya tubuh dan perasaan. Tapi juga dari rekayasa genetika. Kita cari-cari gitu," kata Megawati.

Menurut Ray, melalui gurauan itu memperlihatkan alam pikir Megawati yang melihat dia dan keluarganya berada dalam posisi sosial yang berbeda dengan rakyat kecil.

Padahal, kelompok masyarakat yang berwirausaha seperti tukang bakso atau pedagang kaki lima adalah salah satu yang menopang gerak perekonomian bangsa.

Baca juga: Sekjen PDI-P: Megawati Sering Menampilkan Element of Surprise

Selain itu, rakyat kecil seperti tukang bakso juga mempunyai hak yang sama dan dijamin undang-undang. Menurut Ray kurang tepat jika rakyat kecil yang selama ini diklaim diperjuangkan oleh Megawati dan PDI-P dijadikan bahan gurauan bagi para elite politik.

Selain itu, Ray menganggap gurauan Megawati tidak sejalan dengan yang selalu dikampanyekan PDI-P selama ini yakni partai yang demokratis dan bertumpu pada dukungan rakyat kecil.

"Demokrasi, wong cilik, partai rakyat dan sebagainya, tak akan lebih dari slogan. Sekalipun disebut berulang sebagai ideologi, senyatanya, semua kemewahan ideologi itu terempas di kenyataan," ujar Ray yang juga pendiri Lingkar Madani (LIMA).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com