Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nostalgia Pesan Soekarno: Bangsa Indonesia, Jangan Gontok-gontokan!

Kompas.com - 06/06/2022, 22:10 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor


JAKARTA, KOMPAS.com - 121 tahun lalu atau tepatnya pada 6 Juni 1901, Presiden pertama Indonesia Soekarno dilahirkan.

Tidak ada yang memperkirakan jika Soekarno yang mempunyai nama kecil Koesno Sosrodihardjo bakal menjadi Presiden pertama Indonesia. Dia merupakan anak dari Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai.

Juni tak sekadar menjadi bulan kelahiran Soekarno, tetapi juga menjadi bulan lahirnya Pancasila hingga menjadi bulan dia wafat.

Ada cerita di balik penggantian nama Koesno menjadi Soekarno. Menurut Harian Kompas, 1 Juni 2001, pada usia 5 tahun Soekarno terkena berbagai penyakit berturut-turut yakni tifus, disentri, dan malaria. Kedua orang tuanya lantas memutuskan mengganti nama sang anak menjadi Soekarno.

Baca juga: Hasto Sebut Kerangka Pemikiran Geopolitik Soekarno adalah Pancasila

Nama Karno (Karna) diambil dari tokoh pewayangan putra Kunti yang berpihak pada Kurawa demi balas budi dan kewajiban membela negara yang menghidupinya.

Selain itu, menurut keyakinan sang ibu, Soekarno sebagai orang yang dilahirkan di saat matahari terbit maka nasibnya telah ditakdirkan terlebih dulu.

"Jangan lupakan itu, jangan sekali-kali kau lupakan, Nak, bahwa engkau ini putra dari Sang Fajar," kata Ibu Soekarno seperti diberitakan Harian Kompas pada 6 Juni 1991.

Soekarno disebut putra Sang Fajar lantaran kelahirannya tepat pada pukul 05.30 di saat fajar.

Harapan sang ibu menjadi kenyataan karena di kemudian hari Soekarno menjadi tokoh pemimpin Indonesia. Dia yang membacakan Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, dan kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia.

Baca juga: Di Balik Cerita Pergantian Nama Kusno Jadi Soekarno

Salah satu pesan yang selalu disampaikan Soekarno hingga menjelang wafatnya adalah persatuan bangsa.

Dalam sambutannya di sidang kabinet 15 Januari 1966 di Istana Merdeka, Soekarno menegaskan persatuan bangsa adalah suatu keniscayaan. Dia meminta masyarakat tidak saling bertikai terkait perbedaan pandangan.

"Bangsa harus menjadi bangsa yang kuat dan besar. Oleh karena itulah belakangan ini selalu saya menangis, bahkan donder-donder, marah-marah. He, bangsa Indonesia, jangan gontok-gontokan!" kata Bung Karno dalam pidato sambutan.

Bung Karno juga mengutip pendapat sejumlah tokoh tentang pentingnya persatuan bangsa. Dia menyitir ucapan Arnold Toynbee, yang menyatakan, "A great civilization never goes down unless it destroy itself from within", atau "Sebuah peradaban besar tidak pernah runtuh kecuali dihancurkan oleh bangsanya sendiri".

Selain itu Soekarno juga mengutip pernyataan Abraham Lincoln, "A nation divided against itself, cannot stand" atau "Sebuah negara yang terpecah tidak akan sanggup berdiri tegak."

"Mana ada bangsa yang bisa bertahan jika terpecah belah di dalamnya," kata Bung Karno.

Baca juga: Bukan di Blitar, Presiden Soekarno Lahir di Jalan Peneleh Surabaya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com