Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Hepatitis Akut Meluas, Faskes Diminta Responsif Tes Anak Bergejala Awal

Kompas.com - 11/05/2022, 17:00 WIB
Mutia Fauzia,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane meminta fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) responsif melakukan pengecekan yang mengarah pada deteksi hepatitis A-E dan Adenovirus pada pasien yang menunjukkan gejala awal hepatitis akut.

Hal tersebut untuk mencegah kian meluasnya penyebaran penyakit hepatitis akut misterius yang saat ini tengah menyerang anak-anak usia di bawah 16 tahun.

Masdalina menjelaskan, beberapa gejala awal hepatitis akut yang mengarah pada Adenovirus ditunjukkan dalam bentuk gangguan pencernaan umum seperti mual, muntah, diare, dan sakit perut.

"Dan mungkin ada demam tetapi tidak selalu. Segera ke layanan kesehatan, dan layanan kesehatan juga responsif untuk melakukan berbagai tes cepat ke arah hepatitis A-E dan Adenovirus, sambil pasien diisolasi dan terus dipantau progresnya," ujar Masdalina kepada Kompas.com, Rabu (11/5/2022).

Baca juga: Epidemiolog Nilai Pemerintah Terlambat Deteksi Kasus Hepatitis Akut di Indonesia

Di sisi lain, ia pun juga mengatakan, pemerintah harus melakukan penyelidikan epdemiologi secara komprehensif terkait penyakit yang hingga saat ini masih belum diketahui secara jelas penyebabnya.

Kasus hepatitis akut sendiri pertama kali ditemukan di Inggris Raya pada awal April lalu. Kini di Indonesia, terdapat 15 kasus yang terdeteksi dan tersebar di lima provinsi.

"Aktifkan screening ketat dan active surveillance, cari suspek sebanyak-banyaknya test dan treatment, isolasi dan pengobatan (prompt treatment) yang berkualitas," ujar Masdalina.

Masyarakat juga diminta untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Selain itu juga memberi perhatian khusus kepada bayi serta anak-anak di bawah usia 10 tahun.

Sebelumnya, Masdalina sempat mengungkapkan, menilai pemerintah cenderung terlambat dalam mendeteksi kasus hepatitis akut misterius di Tanah Air.

Pasalnya, per hari ini, terdapat 15 kasus hepatitis akut terdeteksi di Indonesia dengan lima di antaranya meninggal dunia.

Masdalina mengatakan, deteksi yang cenderung lambat terjadi lantaran penyebab dari penyakit tersebut masih belum jelas.

"Ini menjadi sinyal terlambat deteksi dan manajemen klinisnya memang belum jelas karena penyebab pastinya belum clear," ujar Masdalina.

Baca juga: Alami Gejala seperti Hepatitis Akut, 1 Balita di Bima Meninggal Dunia

Masdalina pun menjelaskan, bila berkaca pada kasus yang terjadi di Inggris, sebanyak 70 persen kasus hepatitis akut pada anak disebabkan oleh Adenovirus.

Virus yang merupakan salah satu penyebab dari beragam penyakit seperti flu hingga infeksi saluran pencernaan tersebut sebenarnya tidak virulen, atau tidak menyebabkan keparahan.

"Maka kalau kematiannya banyak mestinya lebih banyak lagi kasus yang belum terdeteksi di komunitas," jelas Masdalina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com