Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kinerja Polda Sumut Tangani Kasus Kerangkeng Manusia Dipertanyakan

Kompas.com - 16/03/2022, 23:52 WIB
Tatang Guritno,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Pusat Studi Migrasi Migrant Care Anis Hidayah mempertanyakan kinerja Polda Sumatera Utara (Sumut) dalam menangani perkara penjara manusia di rumah Bupati nonaktif Langkat Terbit Rencana Perangin-angin.

Anis menilai tak ada kemajuan dalam penanganan kasus ini. Itu tampak dari belum adanya tersangka terkait perkara tersebut.

Migrant Care adalah salah satu pihak yang pertama kali mengungkap adanya kerangkeng ini ke publik. Mereka juga melaporkan temuannya tersebut ke Komnas HAM. 

Baca juga: Polri Diminta Dalami Peran Keluarga Bupati Langkat Terkait Kerangkeng Manusia

“Sebenarnya kita juga geregetan ya ini kok (penanganan) polisi lama. Tapi juga jadi paham karena mereka (polisi) bagian dari masalah itu kalau berdasarkan laporan Komnas HAM,” tutur Nisa pada Kompas.com, Rabu (16/3/2022).

Sebelumnya Komnas HAM menduga adanya keterlibatan anggota polisi dan TNI yang menjadi pelaku penyiksaan korban dalam penjara manusia itu.

Nisa berpendapat berbagai pihak mesti mendorong agar perkara ini segera ditangani.

“Ini mesti didorong sekuat-kuatnya dari pihak luar. Seperti Komnas HAM, organisasi masyarakat sipil sampai media,” ucapnya.

“Karena kalau ada indikasi keterlibatan dari dalam susah proses hukumnya,” sambung Nisa.

Nisa menilai temuan Komnas HAM dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) sudah jelas bahwa terjadi tindak pidana pada penjara manusia itu.

“Sampai ada korban meninggal. Jadi sudah jelas terang benderang, kasat mata, lalu apa yang ditunggu kepolisian?,” terangnya.

Nisa mengatakan pemerintah dan aparat penegak hukum harus serius menangani perkara ini. Sebab, perbudakan modern bisa terjadi di mana saja.

“Mestinya segera diproses hukum biar menjadi preseden baik. Agar yang lain-lain kalau masih melakukan praktik-praktik itu ciut, punya efek jera dan sadar bahwa Indonesia adalah negara hukum,” imbuhnya.

Berdasarkan temuan LPSK yang diterima Kompas.com, Selasa (15/3/2022) kemarin disampaikan bahwa anak Terbit diduga turut mengelola penjara manusia itu.

Baca juga: Bareskrim Diminta Turun Tangan Ungkap Perkara Kerangkeng Manusia di Langkat

Beberapa korban menyatakan, Dewa turut melakukan penyiksaan. Bahkan data LPSK menunjukan empat korban mengalami putus jari tangan akibat penyiksaan yang diduga dilakukan oleh Dewa.

Dalam struktur organisasi kerangkeng manusia itu, Terbit menjadi ketua sementara anaknya menjabat sebagai wakilnya.

Sementara Komnas HAM menyampaikan ada 19 orang yang diduga menjadi pelaku penyiksaan korban. Beberapa dari pelaku merupakan anggota TNI-Polri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com