Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Agar Masyarakat Waspada, Gempa Magnitudo 6,1 di Pasaman Diteliti Kementerian KP

Kompas.com - 01/03/2022, 12:25 WIB
Dwi NH,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Belum lama ini, gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,1 telah mengguncang Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat (Sumbar), Jumat (25/2/2022). Bencana ini telah mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka, serta ratusan bangunan rusak dengan kategori berat hingga ringan.

Berkaca dari kejadian tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kementerian KP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melakukan penelitian terkait gempa.

Penelitian itu salah satunya dilakukan oleh Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir (LRSDKP) Bungus, Padang, Sumbar di bawah supervisi Pusat Riset Kelautan BRSDM.

Peneliti LRSDKP Bungus, Wisnu Arya Gemilang mengatakan, penting bagi masyarakat memiliki pengetahuan tentang gempa. Hal ini bukan sebagai ramalan atau amaran gempa.

Baca juga: Sepanjang Februari 2022, Terjadi 668 Gempa Bumi di NTT

Ia berharap, dengan pengetahuan tersebut akan sedikit mengurangi kepanikan sehingga masyarakat menjadi lebih tahu dan lebih siap tentang apa yang harus dikerjakan ketika bencana alam terjadi.

"Salah satu upaya manusia tentu saja untuk mencoba mengetahui dan mengerti apa yang telah, sedang dan akan terjadi,” imbuhnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (1/3/2022).

Untuk diketahui, lelaki berkacamata lulusan Strata Dua (S2) Teknik Lingkungan itu merupakan ahli geologi lingkungan. Sudah tujuh tahun Wisnu bergabung dengan Kementerian KP.

Berkantor di area kompleks Pelabuhan Perikanan Bungus Padang, ia bersama tim melakukan penelitian kerentanan pesisir.

Pada kesempatan tersebut, Wisnu menjelaskan, Pulau Sumatera menyimpan potensi tektonik yang dikenal sebagai Patahan Sumatera.

Baca juga: Fasilitas Umum yang Rusak akibat Gempa Sumatera Barat Segera Diperbaiki

Patahan Sumatera, sebut dia, yaitu patahan yang memotong Pulau Sumatera dari ujung utara barat di Aceh hingga ke selatan di Lampung.

“Patahan Sumatera ini sangat tersegmentasi dan terdiri dari 20 segmen geometris yang didefinisikan utama, berkisar panjang dari sekitar 60 sampai 200 kilometer (km).

Panjang segmen itu, lanjut dia, dipengaruhi dimensi sumber gempa dan telah membagi menjadi patahan-patahan lebih pendek yang secara historis menyebabkan gempa dengan kekuatan antara Magnitudo Momen (Mw) 6,5 hingga 7,7.

Bahaya gempa tidak muncul sendirian

Berdasarkan peta historis gempa Sumatera, Wisnu menjelaskan bahwa lokasi kejadian gempa pada Jumat (25/2/2022), merupakan daerah sekitar titik segmen yang pernah terjadi gempa dengan kekuatan magnitudo 6,8 pada 1926.

“Bahaya gempa tidak pernah muncul sendirian. Kita tahu gempa menyebabkan retakan-retakan yang mungkin terjadi longsor akibat dipicu hujan,” ucapnya.

Tak hanya itu, imbuh Wisnu, gempa juga dapat diikuti oleh dampak bencana lainnya seperti likuifaksi atau pencairan tanah dan memicu tsunami. Oleh karena itu, peta bahaya gempa menjadi tidak sekadar bahaya goyangan gempa semata.

Halaman:


Terkini Lainnya

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com