Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah PT DI Rumahkan 12.000 Karyawannya di Balik Kesuksesan Pesawat CN235

Kompas.com - 10/02/2022, 07:00 WIB
Elza Astari Retaduari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pesawat CN235 produksi PT Dirgantara Indonesia atau PT DI (Persero) kini telah mendunia dan menjadi yang terlaris di kelasnya. Namun di balik kesuksesan pesawat buatan dalam negeri ini, ada cerita pedih dari PT DI yang sempat merumahkan belasan ribu karyawannya.

Cerita soal keterpurukan PT DI akibat hantaman krisis moneter pada tahun 1998 pastinya sudah banyak didengar. Kesulitan keuangan PT DI di awal tahun 2000-an pun, sudah menjadi pengetahuan umum.

Seperti diketahui, puncak kejayaan PT DI terjadi di kisaran tahun 1995-1996 saat prototipe pesawat N250 Gatotkaca yang dicanangkan Presiden ke-3 RI BJ Habibie berhasil melakukan terbang perdana.

Saat itu, PT DI masih bernama PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). N250 Gatotkaca yang mulai dirancang bangun pada tahun 1986 sendiri merupakan buah dari mimpi BJ Habibie agar Indonesia mampu membuat pesawat sendiri.

Habibie yang pada era Orde Baru menjabat sebagai Menristek, ingin agar Indonesia bisa terkoneksi lewat udara mengingat wilayah Nusantara secara geografis berupa kepulauan.

Baca juga: Pesawat N250 Gatotkaca Dimuseumkan, Begini Sejarah Perjalanannya...

"Pesawat ini adalah pesawat pertama di kelasnya, subsonic speed, yang menggunakan teknologi fly by wire (seluruh gerakannya dikendalikan dengan komputerisasi)," ujar Kadiv SDM PT DI, Eko Daryono kepada Kompas.com, Rabu (10/2/2022).

Setahun usai prototipe pesawat N250 Gatotkaca mengudara pertama kali pada 10 Agustus 1995 dari Bandara Husein Sastranegara Bandung, IPTN memulai proyek pesawat jet komuter berpenumpang 100 orang.

Proyek nasional itu bahkan diumumkan langsung oleh Presiden Soeharto bertepatan dengan terbang perdana N250 Gatotkaca.

"Pesawat jet itu diberi kode N2130," kata Eko.

Kode "N" sendiri merujuk pada kata Nusantara yang artinya seluruh pengerjaan mulai dari desain, produksi, dan perhitungannya, dikerjakan sendiri oleh Indonesia. Kode "N" juga bisa berarti "Nurtanio" (Nurtanio Pringgoadisuryo) yang merupakan perintis industri penerbangan nasional.

Baca juga: Habibie: Kalau Saya Bisa Produksi N 250 atau R 80 Tiap Hari...

Namun mimpi Indonesia bisa memproduksi pesawat sendiri kandas saat ketika krisis moneter melanda di tahun 1998. Proyek N250 dan N2130 gagal akibat ditempa badai perekonomian dahsyat kala itu.

Sementara, PT DI sedang membutuhkan dana yang besar untuk pengembangan N250.

Dikutip dari Harian Kompas, pesawat N250 Gatotkaca memerlukan investasi senilai 650 juta dollar AS (kini senilai lebih dari Rp 8 triliun) untuk sampai ke tahap produksi.

"Krisis moneter yang terjadi di tahun 1997 berimbas ke PT DI. Pada 1997, Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan sejumlah syarat jika Indonesia ingin memperoleh pinjaman untuk mengatasi krisis ekonomi. Salah satu klausul letter of intent berbunyi pemerintah tidak boleh lagi memberikan subsidi kepada IPTN," jelas Eko.

Artinya, pemerintah tidak lagi bisa membantu IPTN untuk menyelesaikan turboprop N250. Padahal, menurut Eko, pesawat kebanggaan bangsa itu sedang dalam proses akhir uji terbang.

"Proses tersebut diperlukan untuk mendapatkan sertifikasi layak terbang nasional dan internasional dari Federation Aviation Agency Amerika dan sertifikasi layak terbang dari Joint Airworthiness Agency Eropa," tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com