JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun 2004, untuk pertama kalinya dalam sejarah, rakyat Indonesia dapat memilih langsung presiden dan wakil presiden melalui pemilihan umum (pemilu).
Sebelumnya, presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR yang anggota-anggotanya dipilih melalui presiden.
Pilpres 2004 diikuti oleh lima pasangan calon presiden dan wakil presiden yakni Wiranto dan Salahuddin Wahid; Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi; Amien Rais dan Siswono Yudo Husodo; Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla; serta Hamzah Haz dan Agum Gumelar.
Baca juga: Pilpres 2004: Pertama dalam Sejarah Pemilihan Presiden Digelar Langsung
Setelah digelar dua putaran, pilpres akhirnya dimenangkan oleh SBY-Jusuf Kalla. Keduanya pun menjabat sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia selama 2004-2009.
Ada cerita menarik di balik pencalonan SBY-Kalla. Hal itu tak lepas dari peran pengusaha, Sofjan Wanandi, yang kala itu menjabat sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).
Cerita itu terungkap melalui buku biografi berjudul Sofjan Wanandi dan Tujuh Presiden karya Robert Adhi Ksp yang dikutip dari Historia.
Suatu ketika di tahun 2003, Sofjan menjadi pembicara dalam Musyawarah Nasional Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) di Hotel Hard Rock, Bali.
Pada kesempatan tersebut, hadir pula SBY sebagai pembicara. SBY saat itu menjabat sebagai menteri koordinator politik dan keamanan (Menkopolkam) di bawah kepemimpinan Presiden Megawati.
Dalam pertemuan itu, Sofjan mengusulkan ide agar SBY menjadi presiden.
Sofjan sendiri sudah mengenal SBY sejak tahun 1999, saat SBY masih menjabat menteri pertambangan dan energi.
“Bagaimana saudara-saudara kalau kita jadikan SBY presiden?” tanya Sofjan.
Banyak anggota HKI berteriak, “Setujuuu.”
Merespons hal tersebut, SBY tersenyum. Dia kemudian menulis di secarik kertas kecil: “Sdr. Sofjan, apakah Anda serius?".
Sofjan lantas membalas pertanyaan SBY juga melalui secarik kertas kecil: “Serius, Pak.”
Rupanya Sofjan tak sekadar berceletuk. Setelah kembali ke Jakarta, ia menemui SBY di kantor Menkopolkam, Jakarta.