JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, kemampuan Rapid Antigen untuk mendeteksi varian baru virus Corona B.1.1.529 atau varian Omicron memerlukan penelitian lebih lanjut.
Wiku mengatakan, hal tersebut berdasarkan hasil penelitian dari Center for Disease Control (CDC) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan atau FDA Amerika Serikat.
"Rapid antigen kemungkinan masih bisa mendeteksi adanya infeksi Covid-19 namun akurasinya bisa berkurang," kata Wiku dalam konferensi pers secara virtual melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (4/1/2021).
Baca juga: Kemenkes: Gejala Paling Banyak Kasus Omicron di Indonesia Batuk Pilek
Wiku mengatakan, sejak awal pandemi Covid-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar alat pemeriksaan Covid-19 berbasis NAAT (Nucleic Axis Amplification Test) yang memiliki target gen lebih dari satu.
Sebab, virus Corona mudah bermutasi dan menghasilkan varian baru seperti Omicron.
"Alat uji NAAT yang menargetkan lebih dari satu gen di samping gen S, dapat memunculkan hasil terdeteksi pada gen lainnya, namun gagal mendeteksi Gen S, hal ini disebut SGTF," ujarnya.
Oleh sebab itu, kata Wiku, untuk mendeteksi varian Omicron harus diarahkan dengan metode Whole Genome Sequencing (WGS).
"Tetap harus dilanjutkan dengan di whole genome sequencing atau lebih dikenal dengan WGS," ucap dia.
Baca juga: Dimulai 12 Januari, Ini Syarat dan Kriteria Penerima Vaksin Booster
Lebih lanjut, Wiku menambahkan, meski varian Omicron tidak menyebabkan angka kematian akibat Covid-19 meningkat, namun penyebarannya harus diwaspadai mengingat sudah terjadi transmisi lokal.
"Upaya tanggap diperlukan agar kondisi kasus nasional yang sudah cenderung terkontrol akhir-akhir ini dapat lestari," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.