Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Migrant Care: PMI Telantar di Bandara Sembari Menunggu Karantina Permasalahan Lama

Kompas.com - 22/12/2021, 15:07 WIB
Mutia Fauzia,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Migrant Care Wahyu Susilo mengatakan, permasalahan terkait pekerja migran indonesia (PMI) telantar di bandara untuk mendapatkan tempat karantina setelah pulang dari luar negeri bukan masalah baru.

Menurut dia, antrean panjang yang menyebabkan para PMI harus menunggu lama untuk bisa mendapatkan tempat karantina telah terjadi sepanjang pandemi.

"Sebelumnya juga (pernah terjadi), cuma ya viralnya juga baru sekarang. Dulu-dulu juga banyak pengaduan seperti itu. Kalau dulu malah mereka keleleran. Sekarang jadi viral karena pemerintah harus memperketat perbatasan karena Omicron, tapi ini sebenarnya juga dialami pekerja migran sejak masa Covid bermula," kata Wahyu ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (22/12/2021).

Selain PMI telantar ketika akan menjalani karantina, ia mengatakan, dirinya sempat menerima laporan terkait pembengkakan biaya ketika para PMI akan pulang dari tempat karantina ke rumah mereka di daerah.

Hal ini terjadi ketika puncak pandemi terjadi pada Agustus-Juli lalu.

Baca juga: Satgas Covid-19 Tegaskan Karantina Terpusat Hanya Gratis untuk Pekerja Migran, Pelajar, dan ASN

Ia menjelaskan, ada PMI yang harus membayar hingga Rp 8 juta ketika ia usai karantina untuk membayar biaya transportasi pulang ke kampung halamannya.

"Ada yang mengeluh (dimintai uang transportasi) sampai Rp 8 juta. Padahal, sudah normal saja, sudah bisa keluar. Sudah waktunya, karena (sudah karantina) 12 sampai 13 hari pada saat itu. Semua mengatasnamakan transportasi," jelas dia.

"Apalagi dengan dokumen yang ditahan dan sebagainya, maka dia mau enggak mau harus membayar itu, meski ada tawar-menawar, tetapi tidak banyak yang berani melapor ini," kata Wahyu.

Untuk diketahui, sebelumnya beredar video viral yang menunjukkan para penumpang di Bandara Soekarno-Hatta sedang mengantre untuk mendapatkan tempat karantina kesehatan usai pulang dari luar negeri.

Perempuan yang merekam video menyebut bahwa video itu diambil sekitar pukul 04.00 WIB. Dia mengaku telah menunggu waktu karantina sejak pukul 18.00 WIB sejak hari sebelumnya. Namun demikian, ia tak menjelaskan hari apa tepatnya video itu diambil.

Baca juga: Pekerja Migran Antre Berjam-jam untuk Karantina, Pihak Wisma Atlet: Keterisian Kamar Masih Normal

"Assalamualaikum guys, ini pagi subuh jam berapa nih. Kita belum subuh ya, jam 4.00 WIB ya. Ini kita di Bandara Soekarno-Hatta mau antre karantina di Wisma Atlet," ujar perekam video, dikutip pada Senin (20/12/2021).

Dalam video itu, dia mengaku seorang turis, sedangkan kebanyakan penumpang pesawat yang sedang menunggu karantina adalah TKI.

"Ini TKI sebagian ya. Yang turis kayak kita-kita sebagian kecil," ujarnya. Perempuan itu juga mengungkapkan bahwa terdapat banyak calo yang menawarkan karantina kesehatan di hotel.

Tak tanggung-tanggung, dia mengeklaim bahwa harga yang ditawarkan oleh calo untuk satu penumpang pesawat mencapai Rp 19 juta.

"Banyak calo-calo tadi membujuk-bujuk kita supaya di hotel ya, Bu," katanya kepada seorang perempuan yang ada di sebelahnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Soal 'Presidential Club', Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Soal "Presidential Club", Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Nasional
Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Nasional
Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Nasional
Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Nasional
Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Nasional
Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Nasional
Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Nasional
14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Nasional
Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com