Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PPATK: Penggalangan Dana Terorisme lewat Kotak Amal Sulit Dilacak

Kompas.com - 21/12/2021, 13:55 WIB
Mutia Fauzia,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengungkapkan, salah satu modus yang digunakan untuk penggalangan dana oleh para teroris yakni melalui kotak amal.

Plt Deputi Bidang Pemberantasan PPATK Aris Prianto mengatakan, hingga saat ini PPATK masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai modus penggunaan kotak amal sebagai pendanaan terorisme ini.

"Data statistik masih berlanjut karena sumbangan-sumbangan itu melalui kotak amal, ini sulit untuk menghitung karena terlalu banyak. Tapi arus informasi terus berjalan antara kami dan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme)," jelas Aris ketika ditemui di Gedung PPATK, Jakarta, Selasa (21/12/2021).

Baca juga: PPATK: RUU Perampasan Aset Selalu Gagal Masuk Prolegnas Prioritas

Aris pun mengaku, pihak PPATK kesulitan untuk melakukan pemantauan mengenai aliran dana ini.

Proses pendanaan terorisme melalui kotak amal sulit dilacak karena tidak terjadi transaksi melalui sistem perbankan.

"Jadi yang ingin saya garisbawahi, penggunaan kotak amal bagi lembaga intelijen seperti PPATK, kita mengalami kesulitan, karena penggalangannya tidak melalui sistem perbankan," jelas Aris.

"Kekuatan kami sebetulnya pada transaksi yang menggunakan sistem perbankan, karena ada kewajiban dari para pelapor. Dalam hal ini pihak jasa penyedia keuangan untuk mencantumkan laporan transaksi keuangan mencurigakan atas nasabah-nasabah dari penyedia jasa keuangan tersebut," kata dia.

Untuk menindaklanjuti hal tersebut, PPATK berkoordinasi secara intensif dengan BNPT.

Karena pihak BNPT lah yang bisa melacak identitas dari inisiator penggalangan dana. Baru kemudian pihak PPATK akan menelisik nama dari inisiator kotak amal tersebut untuk dilakukan pengecekan identitas mereka di industri perbankan.

"Ini baru bisa kita telusuri kalau pengumpulan dana itu dimasukkan oleh inisiatornya kepada sistem perbankan. Sehingga kami mendapatkan feedback dari mitra, dalam hal ini penyedia jasa keuangan," jelas Aris.

Sebelumnya, modus kelompok teroris memanfaatkan kotak amal sebagai wadah pengumpulan dana telah diungkapkan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar.

Diberitakan Kompas.com, Boy mengatakan, dana tersebut digunakan untuk memberangkatkan anak-anak muda ke Irak dan Suriah.

Baca juga: Densus 88 Konfirmasi soal Penangkapan 4 Tersangka Terorisme di Batam

Ia pun mengimbau bagi masyarakat utuk berhati-hati saat hendak memberikan sumbangan.

"Kita perlu mengedukasi masyarakat kita, memang niatnya baik untuk berderma, tetapi kalau salah untuk berderma sama dengan mendukung tindakan terorisme," kata Boy dalam rapat dengan Komisi III DPR, Rabu (15/9/2021).

"Hendaknya perlu kita waspada kepada siapa kita memberikan sumbangan karena jangan sampai ternyata di belakang daripada itu mereka adalah orang-orang yang melakukan organizer menjadi event organizer untuk pengumpulan anak-anak muda untuk berangkat ke Irak dan Syria," ujar Boy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com