SORE itu hujan turun dengan sangat deras. Seorang pria tua dengan rambut putih yang sudah jarang menunggu lama di lobby utama sebuah gedung yang begitu bersejarah.
Sosoknya terlihat ringkih tetapi nada suaranya keras menggetarkan siapa saja yang diajak bicara. Ia begitu populer karena kerap nongol di layar kaca.
Saya menyapanya dan bertanya ia sedang menunggu siapa. Dia menjawab sedang menanti taksi. Pak Tua itu hendak pulang ke rumah dinas di daerah Kalibata, Jakarta Selatan.
Saya sontak heran. Ia adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Anggota dewan yang terhormat biasanya punya mobil dan sopir pribadi yang mengantarnya ke mana saja.
Sementara ia menunggu taksi, di parkiran gedung itu berjejer dengan rapinya mobil-mobil mahal aneka merek. Mirip show room. Pemiliknya adalah wakil-wakil rakyat berbusana rapi nan licin.
Lelaki tua bergelar profesor yang saya sapa ini bukan pemilik salah satu mobil yang terparkir. Lamunan saya buyar saat Profesor pamit karena taksinya sudah tiba.
Saya kembali terkejut saat melihat taksi yang datang. Itu adalah taksi dengan tarif buka pintu paling murah. Era 2000-an, tarif taksi masih menerapkan ambang batas bawah dan atas.
Profesor ini adalah narasumber langganan media tempat saya berkarir ketika itu. Sebagai alumni fakultas hukum, saya memang ditempatkan di desk hukum dan politik sehingga sangat kenal dengan Profesor.
Ia kerap dipilih sebagai narasumber karena dikenal memiliki pandangan yang tajam tanpa tedeng aling-aling. Dalam kesehariannya, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 1999 – 2004 ini sangat sederhana.
Profesor tersebut bernama Jacob Elfinus Sahetapy. Kami biasa memanggil Prof Sahetapy. Pada 21 September 2021 lalu, Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Airlangga itu tutup usia dalam usia 89 tahun.
Baca juga: Profil Prof JE Sahetapy, Sosok Ilmuwan Hukum dan Pengkritik yang Tegas
Kemewahan memang dikenal sejak dulu di Gedung Senayan, Jakarta. Jadi tidak heran jika penyanyi Krisdayanti atau KD “keceplosan” bicara soal gaji, tunjangan, honorarium sampai dana reses dari anggota Dewan yang begitu besar.
Mungkin saja besaran gaji yang diterima KD tidak dialami oleh oleh anggota Dewan di periode mendiang Profesor JE Sahetapy bertugas.
Ada kawan saya yang dulunya aktivis di lembaga swadaya masyarakat kini duduk sebagai anggota DPR. Gaya hidupnya berubah seketika. Ia kini mengisap cerutu dan naik yacth. Saya melihatnya dari kejauhan, di media sosial.
Saya salut dengan kegigihannya memperjuangkan aspirasi rakyat yang diwakilinya. Dari seluruh wakil rakyat yang berasal dari daerah pemilihan tersebut, harus diakui dengan obyektif, dia adalah penyelamat ribuan warga.